- Penurunan trafik yang berujung pada menurunnya pendapatan.
- Kerugian reputasi yang memengaruhi pandangan pengguna terhadap layanan Anda.
- Kehilangan data atau gangguan dalam transaksi yang terjadi akibat adanya masalah.
- Penurunan peringkat SEO karena waktu akses yang tidak konsisten.
Ciri-Ciri Downtime
Berikut ini adalah beberapa ciri umum saat sebuah situs web mengalami downtime:
- Situs web atau aplikasi sama sekali tidak dapat diakses.
- Halaman menunjukan pesan http error seperti “503 Service Unavailable.”
- Pengunjung mengalami waktu loading yang sangat lambat.
- Perangkat monitoring menampilkan status website sebagai “offline.”
- Terjadi penurunan drastis pada trafik website dalam periode singkat.
Jika website Anda menghadapi situasi serupa seperti yang disebutkan diatas, segera identifikasi penyebabnya dan pelajari tips untuk menghindarinya yang juga akan dibahas dalam artikel ini.
Penyebab Downtime
Berikut adalah beberapa kemungkinan faktor yang dapat memicu terjadinya downtime pada sebuah situs web, antara lain:
-
Human error
Kesalahan yang dilakukan oleh individu sering menjadi penyebab utama terjadinya downtime yang cukup signifikan. Misalnya, konfigurasi yang salah pada server atau sistem dapat mengakibatkan gangguan fungsi. Tindakan administratif seperti penghapusan informasi penting atau penempatan file di lokasi yang tidak tepat juga memiliki potensi untuk menyebabkan downtime.
-
Masalah pada server atau hosting
Gangguan pada server atau layanan hosting melibatkan beberapa elemen seperti kelebihan beban sistem, di mana server tidak mampu mengelola volume lalu lintas yang tinggi. Di samping itu, perbaikan atau pemeliharaan perangkat keras yang tidak terjadwal seringkali dapat menyebabkan situs menjadi tidak stabil dan sulit diakses.
-
Kesalahan kode atau bug
Kode perangkat lunak yang tidak teruji secara menyeluruh dapat mengandung kesalahan atau bug yang tidak terduga. Pembaharuan software yang tidak sesuai atau penerapan fitur baru tanpa pengujian yang cukup dapat menyebabkan aplikasi berhenti berfungsi dengan baik.
-
Serangan siber
Serangan cyber menjadi ancaman serius bagi ketersediaan situs web. Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) membuat server kewalahan akibat lonjakan permintaan yang tinggi. Selain itu, malware dapat menginfeksi serta merusak sistem, sementara tindakan peretasan dapat mengubah atau merusak data yang penting.
-
Kegagalan SSL
Sertifikat SSL yang tidak valid dapat menghalangi akses pengguna menuju situs. Kegagalan ini bisa terjadi ketika sertifikat sudah kadaluarsa atau tidak diperbarui dalam waktu yang tepat. Hal ini menyebabkan situs ditandai oleh browser sebagai tidak aman, sehingga membatasi akses para pengguna.
-
Masalah penyedia CDN
Kendala yang terjadi pada penyedia CDN (Content Delivery Network) seperti kerusakan server CDN dapat berdampak pada pengiriman konten situs. Masalah ini dapat membuat situs sulit diakses dari berbagai lokasi karena konten tidak dapat dimuat sesuai dengan yang diharapkan.
Cara Menghitung Downtime Rate
Perlu kamu tahu bahwa downtime juga dapat dihitung besarannya, hal ini bermanfaat karena dapat digunakan untuk memonitor kualitas server. Cara menghitung downtime adalah menggunakan rumus berikut.
- Pertama, apabila kamu ingin mengetahui downtime rate gunakan rumus berikut.
Persentase downtime rate= periode downtime (dalam jam) / total jam setahun x 100%
Contohnya, apabila dalam setahun terakhir kamu mengalami downtime selama 30 jam, maka persentasenya adalah.
Persentase downtime= 30 / 8760 x 100% = 0,34%.
- Kedua, apabila persentase sudah diketahui tapi kamu ingin mencari periodenya, maka rumusnya.
Periode downtime= persentase downtime / 100% x total jam dalam setahun
Contoh, apabila persentasenya 0,2%, maka periodenya adalah.
Periode downtime= 0,2% / 100% x 8760 = 17,52 jam.
- Ketiga, apabila yang diketahui adalah uptime-nya lalu bagaimana cara menghitung downtime? Rumusnya adalah mengurangi uptime.
Contohnya, uptime server kamu yaitu 98,95% maka downtime-nya adalah 100% – 99,85% = 0,15%.
Jadi, persentase downtime servernya yaitu 0,15% Sampai sini kamu sudah tahu beberapa rumus untuk menghitung downtime.
Sekarang giliran kamu untuk mencari downtime servermu sendiri.
Tips Untuk Mencegah Downtime
Agar server kamu terhindar dari downtime, ada baiknya untuk menerapkan beberapa saran yang akan dibahas berikut ini.
-
Menggunakan data center terbaik
Salah satu saran untuk menghindari downtime adalah dengan memilih data center yang berkualitas. Saat memilih server, penting untuk mengetahui lokasi data center tersebut. Lokasi yang ideal adalah yang minim risiko bencana seperti banjir atau tanah longsor, aman dari gangguan pasokan listrik, dan terlindungi dari tindakan kriminal. Jika server berada di data center yang terpercaya, kemungkinan besar downtime akan sangat sedikit terjadi.
-
Memilih layanan hosting yang tepat
Setelah memastikan server berlokasi di data center yang terbaik, langkah selanjutnya adalah memilih layanan hosting yang sesuai. Pastikan hosting yang Anda pilih menawarkan keamanan yang baik dan frekuensi downtime yang rendah. Ini sangat krusial bagi pemilik website, karena pemilihan hosting akan berdampak pada lalu lintas situs di masa mendatang.
-
Menerapkan backup sistem yang kuat
Sistem cadangan yang handal dan teratur menjadi kunci agar data dan pengaturan sistem bisa dipulihkan dengan cepat bila mengalami kegagalan. Menggunakan solusi cadangan offsite atau berbasis cloud juga akan meningkatkan perlindungan data dan memastikan bahwa data tetap aman, meskipun terjadi kerusakan pada perangkat keras.
-
Mengoptimalkan pengujian dan pemeliharaan rutin
Melakukan pengujian dan perawatan secara berkala pada server dan aplikasi membantu mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah teknis sebelum berkembang menjadi hal yang lebih besar. Ini mencakup pembaruan perangkat keras dan lunak secara teratur, serta pemeriksaan kompatibilitas sistem secara menyeluruh untuk memastikan semuanya berfungsi dengan baik.
Penutup
Downtime merupakan risiko serius bagi website dan bisnis di dunia maya, sering kali disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan manusia atau gangguan teknis. Konsekuensi terburuk dari downtime termasuk kerugian finansial, berkurangnya loyalitas pelanggan, dan kerusakan reputasi perusahaan.
Menyadari pentingnya downtime sangat membantu dalam mengembangkan strategi pencegahan yang efektif. Pemahaman tentang hal ini adalah kunci untuk memastikan layanan online tetap stabil dan dapat diandalkan oleh pelanggan.