(0275) 2974 127
Halo Sobat Teko! Apakah Anda pernah merasa aplikasi yang Anda gunakan sangat lambat meskipun koneksi internetmu oke? Atau apakah saat ada pembaruan, proses loadingnya terasa lama? Hal ini mungkin disebabkan karena aplikasi yang Anda gunakan masih bergantung pada arsitektur lama, yaitu monolitik. Di era sekarang, lingkungan digital mengharuskan segala sesuatunya berjalan cepat, fleksibel, dan dapat berkembang.
Inilah saatnya aplikasi cloud native muncul sebagai solusi. Teknologi ini semakin populer dan mulai menjadi standar baru dalam pengembangan perangkat lunak modern. Apa yang membuat aplikasi cloud native semakin menarik bagi banyak developer dan perusahaan? Apakah memang sepenting itu?
Di era kemajuan teknologi yang cepat, istilah aplikasi cloud native semakin populer. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan aplikasi cloud native?
Secara sederhana, aplikasi cloud native adalah perangkat lunak yang dirancang dan dikembangkan khusus agar dapat beroperasi di platform cloud. Ini berarti aplikasi tersebut menggunakan sepenuhnya manfaat dari infrastruktur cloud seperti elastisitas, kemampuan untuk skala, dan keandalan.
Berbeda dengan aplikasi tradisional yang biasanya dibangun dalam satu struktur besar (monolitik), aplikasi cloud native terdiri dari layanan-layanan kecil yang mampu beroperasi secara independen, yang dikenal dengan sebutan microservices. Setiap komponen dapat diupdate tanpa perlu mengganti seluruh sistem. Jadi, lebih cepat dan fleksibel!
Ciri utama dari aplikasi cloud native antara lain:
Intinya, aplikasi yang dirancang untuk cloud native dibuat agar mampu tumbuh dengan mudah dan efisien dalam lingkungan cloud. Karena arsitekturnya memang berasal dari lingkungan cloud, aplikasi ini sangat responsif terhadap kebutuhan bisnis yang selalu berubah.
Bayangkan saja, Anda dapat memperbarui fitur tanpa perlu menghentikan aplikasi. Bisa memperbesar kapasitas saat trafik meningkat, dan kemudian kembali ke ukuran normal saat sepi. Semua ini dapat dilakukan dengan mudah!
Dalam era yang terus berubah, kecepatan dan kemampuan beradaptasi merupakan kunci keberhasilan banyak perusahaan. Di sinilah pentingnya aplikasi cloud native. Namun, mengapa teknologi ini dipandang sebagai masa depan dalam pengembangan perangkat lunak?
Berikut adalah beberapa alasan utama:
Sekarang Anda bisa mulai memahami mengapa banyak perusahaan besar dan startup juga beralih ke pendekatan ini. Di bagian berikutnya, kami akan menjelaskan komponen utama dari aplikasi cloud native satu per satu.
Agar lebih memahami bagaimana aplikasi cloud native beroperasi, mari kita lihat komponen-komponen penting yang membuat teknologi ini sangat kuat dan efisien. Setiap komponen memiliki fungsi tertentu, dan semua berinteraksi satu sama lain untuk membangun sistem yang dapat diperbesar, handal, dan mudah untuk ditingkatkan.
Teknologi container seperti Docker memungkinkan aplikasi beserta semua kebutuhan pendukungnya disusun dalam satu unit kecil yang dapat beroperasi di berbagai tempat. Apakah di komputer pribadi, server, atau cloud VPS, semuanya dapat dilakukan. Ini membuat lingkungan menjadi seragam dan mengurangi frasa menakutkan seperti “kenapa di laptop berjalan, tetapi di server gagal? ”.
Container juga sangat efisien, sehingga Anda dapat menjalankan banyak instance tanpa menghabiskan banyak sumber daya.
Jika Anda telah menggunakan banyak container, pasti Anda memerlukan metode untuk mengelola dan mengaturnya. Di sinilah Kubernetes berfungsi. Dengan Kubernetes, Anda bisa:
Intinya, Kubernetes membuat kehidupan pengembang dan sysadmin menjadi jauh lebih sederhana!
Jika aplikasi konvensional mirip dengan sebuah gedung besar yang utuh, aplikasi yang berbasis cloud native dibangun dari berbagai komponen kecil yang memiliki fungsi tersendiri. Ini adalah dasar dari microservices. Contoh:
Semua dapat dikembangkan, dikerahkan, dan diupdate tanpa perlu mengubah seluruh sistem. Lebih luwes, dan tentu saja dapat ditingkatkan.
DevOps merupakan budaya kerja yang menyatukan tim pengembang dan operasional. Tujuannya adalah agar proses pembuatan dan pengiriman bisa berlangsung lebih cepat, lancar, dan tanpa masalah. Agar praktik DevOps semakin efektif, terdapat pula CI/CD pipeline:
Dengan CI/CD, Anda dapat menambahkan fitur baru setiap hari tanpa khawatir merusak sistem.
Seluruh elemen ini saling melengkapi dan menjadi dasar utama dari aplikasi berbasis cloud. Tanpa salah satu dari elemen tersebut, sistem dapat menjadi tidak efisien atau sulit untuk ditingkatkan.
Agar Anda lebih percaya bahwa aplikasi cloud native bukan hanya sebuah konsep, mari kita lihat bagaimana teknologi ini diterapkan oleh perusahaan-perusahaan besar di dunia digital. Mereka tidak sekadar mengadopsi aplikasi cloud native, tetapi juga menggunakannya sebagai fondasi utama untuk berinovasi dengan lebih cepat dan bersaing di pasar.
Dari contoh-contoh di atas, sangat jelas bahwa aplikasi cloud native bukan sekadar fenomena sementara, tetapi telah menjadi strategi utama bagi banyak perusahaan dalam upaya untuk berkembang lebih cepat, kuat, dan efisien.
Setelah menyaksikan penerapan langsungnya, mungkin kamu jadi bertanya, “Apa saja sih keuntungan menggunakan aplikasi berbasis cloud? ” Di sini, kami akan menjelaskan setiap manfaat yang bisa Anda alami secara langsung, baik sebagai pengembang, pemilik bisnis, maupun pengguna.
Dengan menggunakan microservices serta pipeline CI/CD, Anda dapat meluncurkan fitur-fitur baru dengan lebih cepat dan responsif dibandingkan dengan teknik pengembangan konvensional. Coba bayangkan, Anda dapat memperbarui beberapa kali dalam sehari tanpa perlu menunggu jeda waktu atau pemeliharaan besar. Hal ini berarti, Anda bisa lebih lincah dalam menanggapi permintaan pasar dan terus melakukan inovasi.
Dengan aplikasi berbasis cloud native, kemampuan untuk skala otomatis membuatmu tidak perlu menyewa server besar secara konstan. Ketika lalu lintas rendah, sistem akan menyesuaikan kapasitasnya secara otomatis. Ini akan membuat biaya cloud menjadi lebih terjangkau. Membayar sesuai dengan penggunaan. Menghindari pemborosan sumber daya dan dana.
Salah satu kelebihan microservices adalah jika satu layanan mengalami masalah, layanan lainnya tetap dapat berfungsi tanpa terpengaruh. Dengan demikian, tidak seluruh sistem ikut runtuh. Contohnya, jika sistem obrolan mengalami kesalahan, fitur pembayaran masih dapat berjalan dengan normal. Hal ini menjadikan aplikasi cloud native sangat ideal bagi bisnis yang memerlukan waktu operasional yang tinggi.
Dengan sifatnya yang modular dan terpisah, aplikasi cloud native dapat dengan mudah dipindahkan antara satu platform cloud ke platform lainnya. Contohnya, dari AWS ke Cloud VPS lokal seperti DomaiNesia. Atau juga dari cloud ke sistem hibrida. Fleksibilitas ini menjadi keuntungan besar jika kamu ingin beralih layanan tanpa kesulitan.
Alat monitoring modern seperti Prometheus, Grafana, atau Datadog sangat mudah untuk disambungkan dengan aplikasi berbasis cloud. Kamu dapat memantau kinerja setiap microservice, mengidentifikasi hambatan, dan membuat keputusan teknis dengan lebih cepat. Ini sangat penting agar aplikasi tetap dalam kondisi baik dan kinerjanya optimal.
Walaupun ada banyak keuntungan, mengembangkan aplikasi cloud native memiliki tantangan tersendiri. Terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan agar proses pengembangan dan perpindahan ke cloud berjalan dengan lancar.
Jika Anda sudah akrab dengan aplikasi monolitik, beralih ke aplikasi cloud native mungkin akan terasa seperti memasuki realm yang berbeda. Anda perlu mengetahui cara kerja microservices, kontainer, Kubernetes, DevOps, dan berbagai alat lainnya yang mendasari aplikasi cloud native. Namun jangan khawatir, semuanya dapat dipelajari. Selama Anda tekun dan aktif mencoba, pasti bisa!
Karena struktur cloud native cenderung rumit, Anda memerlukan tim pengembang dan DevOps yang sangat memahami cara sistem terdistribusi berfungsi. Jika tidak memiliki keterampilan yang memadai, sistem dapat menjadi lebih berantakan dan sulit untuk dikelola. Maka dari itu, sangat penting untuk menginvestasikan waktu dalam pelatihan dan merekrut anggota tim teknis yang berkualitas.
Di dalam aplikasi yang berbasis cloud, terdapat banyak konfigurasi yang terdistribusi di berbagai layanan. Hal yang sama juga berlaku untuk data sensitif seperti kunci API, token, dan kredensial. Semua ini perlu dikelola secara aman, efisien, dan tentu saja, dengan cara yang mudah. Alat seperti Vault atau AWS Secrets Manager bisa membantu Anda mengatur semuanya dengan baik.
Sistem yang terdiri dari berbagai layanan kecil membuat pencarian kesalahan menjadi cukup rumit. Diperlukan tingkat observabilitas yang baik untuk dapat menemukan masalah dengan cepat dan akurat. Apa solusinya? Agar lebih mudah dalam memantau, Anda dapat memanfaatkan alat observabilitas terintegrasi seperti Jaeger, Prometheus, atau Grafana.
Menyambungkan berbagai microservices bukanlah hal yang sederhana. Aspek-aspek seperti latensi, penanganan kesalahan, serta versi API perlu direncanakan sejak awal. Di sini, pentingnya perencanaan arsitektur dan penggunaan API gateway yang tepat muncul.
Meski tantangannya tampak sulit, semuanya dapat diatasi jika kamu menggunakan metode yang tepat, melakukan dokumentasi dengan baik, dan tentunya memiliki tim yang solid. Sebenarnya, melalui tantangan ini kamu bisa menciptakan dasar sistem yang jauh lebih kuat dan fleksibel di masa mendatang.
Membangun aplikasi cloud native tidak bisa dilakukan sembarangan. Namun, dengan mengikuti tahapan yang terstruktur, Anda dapat mengembangkannya secara bertahap dan teratur. Ayo kita bedah setiap langkahnya.
Sebelum mulai mengkode atau merancang arsitektur, penting untuk memahami: siapa yang akan menggunakan aplikasi ini, ukuran proyeknya, dan fitur-fitur kunci yang diperlukan. Contohnya, jika Anda ingin mengembangkan platform pembelajaran daring yang dirancang untuk melayani 10.000 pengguna aktif setiap hari. Dengan sasaran yang jelas, Anda dapat menentukan teknologi dan sumber daya yang akan diperlukan.
Pisahkan fitur aplikasi menjadi layanan-layanan kecil (microservices). Contohnya:
Setiap layanan dapat dikembangkan dan dikelola oleh tim yang berbeda tanpa mengganggu satu sama lain. Manfaatkan alat seperti Draw.io atau Lucidchart untuk membantu memvisualisasikan arsitektur awal.
Setelah setiap microservice selesai dibuat, masukkan masing-masing ke dalam kontainer (contohnya menggunakan Docker). Pastikan semua dependensi juga terikut agar lingkungan tetap seragam. Ini memungkinkan aplikasi Anda untuk dijalankan di mana saja: di cloud, VPS, bahkan di komputer lokal.
Langkah berikutnya adalah membuat proses otomatis agar setiap commit dapat diuji dan diterapkan secara langsung. Manfaatkan alat seperti GitHub Actions, GitLab CI, atau Jenkins. CI/CD membuat pengembangan aplikasi berbasis cloud menjadi lebih cepat dan mengurangi kesalahan.
Jalankan semua container dalam cluster Kubernetes. Di sinilah semua keajaiban dimulai:
Anda dapat mengoperasikan Kubernetes di cloud publik seperti GCP, AWS, atau bahkan di Cloud VPS yang kamu miliki sendiri.
Jangan abaikan aspek observability. Instal alat pemantauan seperti:
Ini sangat penting agar performa dan stabilitas aplikasi cloud native kamu tetap terjaga dengan baik.
Ingatlah untuk melindungi interaksi antara microservices, informasi sensitif, serta endpoint API. Ada beberapa tindakan yang bisa diambil:
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda akan semakin mendekat untuk menciptakan aplikasi cloud native yang modern, dapat berkembang, dan siap menghadapi tantangan digital saat ini.
Di zaman yang serba cepat ini, konsumen mengharapkan aplikasi yang cepat, reaktif, dan dapat diakses setiap saat, di mana saja. Dan solusinya terletak pada satu istilah: aplikasi cloud native.
Satu hal yang jelas, aplikasi cloud native bukan sekadar mode sementara. Ini adalah dasar bagi pengembangan perangkat lunak modern di masa depan. Baik Anda seorang pengembang, CTO, maupun pelaku bisnis digital, memahami dan menerapkan pendekatan cloud native akan memberikan keuntungan yang sangat signifikan.
Visitor Counter adalah sebuah fitur atau alat yang banyak dimanfaatkan oleh para pemilik situs untuk…
Dokumen yang pasti sudah dikenal banyak orang karena setiap WNI yang memiliki keluarga tentu memiliki…
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Motherboard? Apakah ini merupakan komponen krusial dalam sebuah komputer? Dalam…
Sudahkah Anda mengalami situasi ketika penyimpanan penuh dan sulit untuk membuka beberapa file? Hal ini akan…
Brosur properti atau brosur perumahan seringkali dipakai sebagai alat untuk menunjukkan dan mempromosikan keunggulan suatu…
Jika Anda merasa khawatir mengenai privasi dan ingin menggunakan salah satu perangkat lunak penjelajahan internet…