(0275) 2974 127
Pada pembahasan sebelumnya Hosteko mengulas apa itu multi-cloud, bagaimana cara kerjanya, serta alasan mengapa semakin banyak perusahaan memilih strategi ini, kini kita masuk ke bagian yang tidak kalah penting: memahami jenis-jenis multi-cloud dan bagaimana strategi membangun multi-cloud yang efektif, apa saja tantangan yang perlu diwaspadai dalam implementasi multi-cloud
Di era digital 2025, multi-cloud bukan lagi sekadar konsep teknis, melainkan fondasi strategi infrastruktur yang menentukan bagaimana perusahaan dapat tetap lincah, aman, dan efisien dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah. Untuk itu, memahami variasi model multi-cloud serta tantangan yang perlu diwaspadai dalam implementasi multi-cloud
Pada pembahasan kali ini, Hosteko akan mengupas secara rinci, simak terus artikel ini sampai selesai ya!
Di era digital 2025, perusahaan tidak hanya “menggunakan banyak cloud,” tetapi menerapkan strategi multi-cloud yang terstruktur agar performa, keamanan, dan efisiensi biaya bisa dicapai secara maksimal. Berikut adalah jenis-jenis arsitektur multi-cloud yang paling umum digunakan perusahaan modern:
1. Distributed Multi-Cloud
Model ini membagi beban kerja ke beberapa cloud berdasarkan fitur dan kebutuhan masing-masing aplikasi.
Cara kerja:
Setiap aplikasi ditempatkan di provider yang paling sesuai.
Contoh:
Kelebihan:
Dipakai oleh: e-commerce besar, startup skala menengah, perusahaan teknologi.
2. Redundant Multi-Cloud (High-Availability Multi-Cloud)
Fokusnya adalah redundansi, yakni memastikan sistem tetap berjalan meski salah satu cloud mengalami downtime.
Cara kerja:
Aplikasi dijalankan di dua atau lebih cloud secara paralel (active-active atau active-passive).
Kelebihan:
Dipakai oleh: bank, fintech, layanan publik, perusahaan berskala global.
3. Functional Multi-Cloud
Setiap cloud digunakan untuk tugas tertentu sesuai keunggulannya.
Contoh fungsi:
Kelebihan:
Dipakai oleh: perusahaan enterprise dengan banyak divisi digital.
4. Multi-Cloud Berbasis Container (Cloud-Agnostic Model)
Digunakan perusahaan yang ingin aplikasi mereka portabel dan bisa berpindah dengan mudah antar cloud.
Teknologi kunci:
Kelebihan:
Dipakai oleh: startup SaaS, perusahaan software, developer profesional.
5. Cost-Optimized Multi-Cloud
Model yang memaksimalkan efisiensi biaya dengan menempatkan workload pada cloud yang paling hemat.
Contoh:
Kelebihan:
Dipakai oleh: UMKM, startup, hingga enterprise yang ingin menekan cost.
6. Compliance-Based Multi-Cloud
Model ini dibangun untuk memenuhi peraturan penyimpanan data, seperti regulasi pemerintah atau standar industri.
Contoh:
Kelebihan:
Dipakai oleh: bank, pemerintah, rumah sakit, perusahaan besar.
Perusahaan modern memilih jenis multi-cloud yang berbeda tergantung kebutuhan mereka, entah itu performa, redundansi, efisiensi biaya, atau kepatuhan regulasi. Dengan memahami jenis-jenis ini, bisnis dapat membangun strategi cloud yang lebih matang, aman, dan siap untuk scale-up.
Walaupun multi-cloud menawarkan fleksibilitas dan performa yang lebih baik, strategi ini juga membawa tantangan baru yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Tanpa perencanaan matang, multi-cloud justru bisa menambah kerumitan dan biaya.
Berikut tantangan utama yang paling sering muncul:
1. Kompleksitas Operasional
Mengelola beberapa cloud sekaligus berarti berurusan dengan banyak dashboard, API, arsitektur layanan, dan model biaya yang berbeda.
Tanpa standar manajemen yang jelas, tim dapat kewalahan mengelola konfigurasi dan pemantauan di setiap platform.
2. Tantangan Integrasi Antar Cloud
Setiap provider memiliki layanan, protokol, dan konfigurasi berbeda.
Akibatnya, membangun sistem yang benar-benar interoperable—misalnya mengintegrasikan database di satu cloud dengan aplikasi di cloud lain—bisa jadi rumit dan memakan waktu.
3. Risiko Biaya yang Tidak Terduga
Sering kali perusahaan terkejut karena:
Tanpa pemantauan biaya real-time, tagihan cloud bisa membengkak signifikan.
4. Kebutuhan SDM yang Lebih Spesifik
Multi-cloud memerlukan tim yang memahami:
Skill yang lebih kompleks ini membuat perusahaan harus berinvestasi pada talent khusus atau pelatihan intensif.
5. Keamanan dan Governance yang Lebih Rumit
Setiap cloud punya kebijakan keamanan berbeda. Ini membuat perusahaan harus:
Tanpa governance yang kuat, risiko kebocoran data bisa meningkat.
Membangun arsitektur multi-cloud bukan hanya soal menggunakan banyak provider, tetapi bagaimana mengelolanya agar efisien, aman, dan memberikan nilai bisnis maksimal. Berikut strategi yang wajib dipahami setiap organisasi sebelum menerapkan multi-cloud secara serius.
1. Menentukan Workload Placement yang Tepat
Penempatan workload adalah fondasi utama keberhasilan multi-cloud. Tidak semua aplikasi cocok ditempatkan pada cloud yang sama—karena setiap platform punya keunggulan berbeda.
Beberapa pertimbangan penempatan:
Dengan strategi placement yang tepat, perusahaan dapat memaksimalkan performa sekaligus menghemat biaya.
2. Menggunakan Cloud Orchestration Tools
Saat lingkungan menjadi kompleks, orkestrasi adalah kunci agar semuanya tetap mudah dikelola.
Contoh tool populer:
Orkestrasi memastikan aplikasi dapat dijalankan, dipindahkan, dan diskalakan secara otomatis, tanpa konfigurasi manual yang memakan waktu.
3. Menentukan Kebijakan Governance & Security
Multi-cloud tanpa governance ibarat rumah besar tanpa pintu dan pagar.
Prioritas keamanan yang wajib diterapkan:
Governance yang baik memastikan keamanan tetap kuat meski infrastruktur tersebar di banyak platform.
4. Multi-Cloud Cost Management
Salah satu tantangan terbesar: biaya tak terduga akibat transfer data antar-cloud atau provisioning berlebihan.
Strategi efisiensi biaya:
Dengan pendekatan FinOps, perusahaan bisa mengontrol pengeluaran tanpa mengorbankan performa.
5. Automasi Deployment (CI/CD Multi-Cloud)
Automasi memastikan rilis aplikasi tetap cepat dan bebas error—meski menggunakan banyak provider.
Contoh pipeline multicloud:
Automasi membuat tim DevOps lebih produktif dan mengurangi risiko kesalahan konfigurasi manual.
6. Mengikuti Best Practice dari Penyedia Cloud Besar
Setiap cloud provider sudah memiliki rekomendasi arsitektur multi-cloud yang matang.
Contoh best practice:
AWS
GCP
Azure
Dengan mengikuti best practice resmi, perusahaan dapat membangun fondasi multi-cloud yang lebih kuat, aman, dan terukur.
Multi-cloud bukan lagi sekadar tren teknologi, melainkan strategi utama yang membantu perusahaan tetap kompetitif di era digital 2025. Dengan menggunakan beberapa penyedia cloud sekaligus, bisnis bisa memanfaatkan keunggulan terbaik dari setiap platform: performa tinggi, fleksibilitas arsitektur, efisiensi biaya, hingga peningkatan keamanan dan ketersediaan layanan.
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah melihat bagaimana beragam jenis-jenis multi-cloud diterapkan oleh perusahaan modern untuk memenuhi kebutuhan operasional yang berbeda-beda. Mulai dari Distributed Multi-Cloud, Best-of-Breed Multi-Cloud, hingga model Backup & Disaster Recovery, semuanya memberikan lembaga dan perusahaan cara baru untuk mempercepat inovasi tanpa terjebak pada satu vendor.
Namun, di balik berbagai keuntungan tersebut, penerapan multi-cloud juga menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai. Kompleksitas operasional, biaya egress yang tidak terduga, kebutuhan SDM spesialis, serta standar keamanan lintas cloud menjadi faktor yang harus dikelola sejak awal. Tanpa strategi yang tepat, multi-cloud justru dapat mempersulit operasional bisnis.
Karena itu, organisasi perlu menerapkan strategi multi-cloud yang efektif, seperti memilih workload placement secara cermat, menggunakan alat orkestrasi dan automasi, menerapkan governance yang konsisten, mengelola biaya dengan pendekatan FinOps, hingga mengikuti panduan best practice dari penyedia cloud besar seperti AWS, GCP, dan Azure. Langkah-langkah inilah yang akan memastikan multi-cloud menjadi investasi strategis, bukan sekadar keputusan teknis semata.
Pada akhirnya, multi-cloud adalah fondasi masa depan infrastruktur digital, memberikan kebebasan, ketahanan, dan kelincahan yang sangat dibutuhkan bisnis modern. Perusahaan yang mampu memanfaatkan multi-cloud dengan benar akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan, terutama di era di mana kecepatan dan inovasi menjadi penentu keberhasilan.
Jika Anda ingin mempelajari lebih jauh tentang cloud computing, keamanan server, hingga tips membangun bisnis digital berbasis web, jangan lewatkan artikel–artikel terbaru dari Hosteko. Kami siap membantu Anda memahami teknologi dengan lebih mudah, lengkap, dan aplikatif.
Memiliki website yang selalu online adalah kebutuhan utama bagi pemilik bisnis maupun personal blog. Namun,…
Di era digital saat ini, website bukan hanya sekadar media informasi, tetapi juga sarana interaksi…
Di tahun 2025, kebutuhan bisnis terhadap teknologi digital berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Perusahaan tidak…
Virtual event kini semakin berkembang pesat, bukan hanya sebagai solusi ketika acara offline tidak memungkinkan,…
Setelah memahami dasar-dasar XR mulai dari definisi, perbedaannya dengan AR–VR–MR, hingga bagaimana teknologi imersif ini…
Mengelola kode menggunakan sistem version control seperti Git telah menjadi standar dalam dunia pengembangan perangkat…