HOTLINE

(0275) 2974 127

CHAT WA 24/7
0859-60000-390 (Sales)
0852-8969-9009 (Support)
Blog

Multi-Cloud untuk Bisnis: Jenis, Tantangan, dan Strategi Sukses

Pada pembahasan sebelumnya Hosteko mengulas apa itu multi-cloud, bagaimana cara kerjanya, serta alasan mengapa semakin banyak perusahaan memilih strategi ini, kini kita masuk ke bagian yang tidak kalah penting: memahami jenis-jenis multi-cloud dan bagaimana strategi membangun multi-cloud yang efektif, apa saja tantangan yang perlu diwaspadai dalam implementasi multi-cloud

Di era digital 2025, multi-cloud bukan lagi sekadar konsep teknis, melainkan fondasi strategi infrastruktur yang menentukan bagaimana perusahaan dapat tetap lincah, aman, dan efisien dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah. Untuk itu, memahami variasi model multi-cloud serta tantangan yang perlu diwaspadai dalam implementasi multi-cloud

Pada pembahasan kali ini, Hosteko akan mengupas secara rinci, simak terus artikel ini sampai selesai ya!

Jenis-Jenis Multi-Cloud yang Digunakan Perusahaan Modern

Di era digital 2025, perusahaan tidak hanya “menggunakan banyak cloud,” tetapi menerapkan strategi multi-cloud yang terstruktur agar performa, keamanan, dan efisiensi biaya bisa dicapai secara maksimal. Berikut adalah jenis-jenis arsitektur multi-cloud yang paling umum digunakan perusahaan modern:

1. Distributed Multi-Cloud

Model ini membagi beban kerja ke beberapa cloud berdasarkan fitur dan kebutuhan masing-masing aplikasi.

Cara kerja:
Setiap aplikasi ditempatkan di provider yang paling sesuai.
Contoh:

  • Aplikasi utama di AWS
  • Big data & AI di Google Cloud
  • Disaster recovery di Azure

Kelebihan:

  • Performa optimal
  • Risiko gangguan berkurang
  • Sangat fleksibel untuk berkembang

Dipakai oleh: e-commerce besar, startup skala menengah, perusahaan teknologi.

2. Redundant Multi-Cloud (High-Availability Multi-Cloud)

Fokusnya adalah redundansi, yakni memastikan sistem tetap berjalan meski salah satu cloud mengalami downtime.

Cara kerja:
Aplikasi dijalankan di dua atau lebih cloud secara paralel (active-active atau active-passive).

Kelebihan:

  • SLA dan uptime sangat tinggi
  • Minim risiko kegagalan layanan
  • Cocok untuk aplikasi mission-critical

Dipakai oleh: bank, fintech, layanan publik, perusahaan berskala global.

3. Functional Multi-Cloud

Setiap cloud digunakan untuk tugas tertentu sesuai keunggulannya.

Contoh fungsi:

  • AWS → API & compute
  • Google Cloud → machine learning, analitik
  • Microsoft Azure → integrasi Microsoft & Active Directory

Kelebihan:

  • Masing-masing workload ditempatkan pada platform terbaik
  • Biaya lebih efisien
  • Arsitektur rapi dan terstruktur

Dipakai oleh: perusahaan enterprise dengan banyak divisi digital.

4. Multi-Cloud Berbasis Container (Cloud-Agnostic Model)

Digunakan perusahaan yang ingin aplikasi mereka portabel dan bisa berpindah dengan mudah antar cloud.

Teknologi kunci:

  • Kubernetes
  • Docker
  • Terraform / Ansible

Kelebihan:

  • Deployment lebih cepat
  • Sangat scalable
  • Tidak terikat vendor (vendor lock-in rendah)

Dipakai oleh: startup SaaS, perusahaan software, developer profesional.

5. Cost-Optimized Multi-Cloud

Model yang memaksimalkan efisiensi biaya dengan menempatkan workload pada cloud yang paling hemat.

Contoh:

  • Penyimpanan jangka panjang di AWS Glacier
  • GPU AI/ML di Google Cloud
  • Server kecil di DigitalOcean

Kelebihan:

  • Biaya operasional jauh lebih rendah
  • Tetap fleksibel dalam pemilihan teknologi

Dipakai oleh: UMKM, startup, hingga enterprise yang ingin menekan cost.

6. Compliance-Based Multi-Cloud

Model ini dibangun untuk memenuhi peraturan penyimpanan data, seperti regulasi pemerintah atau standar industri.

Contoh:

  • Data pelanggan disimpan di cloud lokal (Indonesia)
  • Data analitik disimpan di cloud global seperti AWS/GCP

Kelebihan:

  • Memenuhi standar keamanan & regulasi
  • Data sensitif jauh lebih terlindungi

Dipakai oleh: bank, pemerintah, rumah sakit, perusahaan besar.

Perusahaan modern memilih jenis multi-cloud yang berbeda tergantung kebutuhan mereka, entah itu performa, redundansi, efisiensi biaya, atau kepatuhan regulasi. Dengan memahami jenis-jenis ini, bisnis dapat membangun strategi cloud yang lebih matang, aman, dan siap untuk scale-up.

Tantangan yang Perlu Diwaspadai dalam Implementasi Multi-Cloud

Walaupun multi-cloud menawarkan fleksibilitas dan performa yang lebih baik, strategi ini juga membawa tantangan baru yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Tanpa perencanaan matang, multi-cloud justru bisa menambah kerumitan dan biaya.

Berikut tantangan utama yang paling sering muncul:

1. Kompleksitas Operasional

Mengelola beberapa cloud sekaligus berarti berurusan dengan banyak dashboard, API, arsitektur layanan, dan model biaya yang berbeda.
Tanpa standar manajemen yang jelas, tim dapat kewalahan mengelola konfigurasi dan pemantauan di setiap platform.

2. Tantangan Integrasi Antar Cloud

Setiap provider memiliki layanan, protokol, dan konfigurasi berbeda.
Akibatnya, membangun sistem yang benar-benar interoperable—misalnya mengintegrasikan database di satu cloud dengan aplikasi di cloud lain—bisa jadi rumit dan memakan waktu.

3. Risiko Biaya yang Tidak Terduga

Sering kali perusahaan terkejut karena:

  • biaya egress data antar cloud yang tinggi,
  • konfigurasi arsitektur yang kurang efisien,
  • atau penggunaan resource yang tidak dimonitor.

Tanpa pemantauan biaya real-time, tagihan cloud bisa membengkak signifikan.

4. Kebutuhan SDM yang Lebih Spesifik

Multi-cloud memerlukan tim yang memahami:

  • DevOps
  • Otomatisasi
  • Pemantauan lintas cloud
  • serta tools seperti Terraform, Kubernetes, atau Ansible.

Skill yang lebih kompleks ini membuat perusahaan harus berinvestasi pada talent khusus atau pelatihan intensif.

5. Keamanan dan Governance yang Lebih Rumit

Setiap cloud punya kebijakan keamanan berbeda. Ini membuat perusahaan harus:

  • menetapkan standar keamanan yang konsisten,
  • mengatur akses dan enkripsi berlapis,
  • serta menyesuaikan audit dan compliance dengan setiap penyedia cloud.

Tanpa governance yang kuat, risiko kebocoran data bisa meningkat.

Strategi Membangun Multi-Cloud yang Efektif

Membangun arsitektur multi-cloud bukan hanya soal menggunakan banyak provider, tetapi bagaimana mengelolanya agar efisien, aman, dan memberikan nilai bisnis maksimal. Berikut strategi yang wajib dipahami setiap organisasi sebelum menerapkan multi-cloud secara serius.

1. Menentukan Workload Placement yang Tepat

Penempatan workload adalah fondasi utama keberhasilan multi-cloud. Tidak semua aplikasi cocok ditempatkan pada cloud yang sama—karena setiap platform punya keunggulan berbeda.

Beberapa pertimbangan penempatan:

  • Kinerja: aplikasi real-time cocok ditempatkan di cloud yang menawarkan latency rendah.
  • Biaya: workload penyimpanan besar bisa diarahkan ke provider yang menawarkan storage murah.
  • Fitur khusus: analitik skala besar → GCP; integrasi Microsoft 365 → Azure; layanan komputasi luas → AWS.
  • Kepatuhan data: layanan yang menyimpan data sensitif harus ditempatkan di region yang sesuai regulasi.

Dengan strategi placement yang tepat, perusahaan dapat memaksimalkan performa sekaligus menghemat biaya.

2. Menggunakan Cloud Orchestration Tools

Saat lingkungan menjadi kompleks, orkestrasi adalah kunci agar semuanya tetap mudah dikelola.

Contoh tool populer:

  • Terraform → Infrastruktur sebagai kode yang konsisten antar-cloud
  • Kubernetes → Mengelola container agar dapat dipindahkan antara cloud
  • Ansible / Pulumi → Automasi provisioning & konfigurasi

Orkestrasi memastikan aplikasi dapat dijalankan, dipindahkan, dan diskalakan secara otomatis, tanpa konfigurasi manual yang memakan waktu.

3. Menentukan Kebijakan Governance & Security

Multi-cloud tanpa governance ibarat rumah besar tanpa pintu dan pagar.

Prioritas keamanan yang wajib diterapkan:

  • Standarisasi IAM (Identity & Access Management) untuk semua cloud
  • Enkripsi data saat transit dan saat disimpan
  • Kontrol akses berbasis peran (RBAC) yang konsisten
  • Audit logging terpadu untuk memantau aktivitas lintas cloud
  • Compliance framework seperti ISO 27001, GDPR, atau regulasi lokal (PDP, HIPAA, dan lain-lain)

Governance yang baik memastikan keamanan tetap kuat meski infrastruktur tersebar di banyak platform.

4. Multi-Cloud Cost Management

Salah satu tantangan terbesar: biaya tak terduga akibat transfer data antar-cloud atau provisioning berlebihan.

Strategi efisiensi biaya:

  • Gunakan cost monitoring tools seperti CloudHealth, FinOps, atau bawaan provider.
  • Terapkan budget alert dan policy ketika terjadi kelebihan pemakaian.
  • Pindahkan workload tertentu ke cloud dengan harga lebih kompetitif.
  • Minimalkan egress data, sebab ini sering jadi sumber lonjakan biaya.

Dengan pendekatan FinOps, perusahaan bisa mengontrol pengeluaran tanpa mengorbankan performa.

5. Automasi Deployment (CI/CD Multi-Cloud)

Automasi memastikan rilis aplikasi tetap cepat dan bebas error—meski menggunakan banyak provider.

Contoh pipeline multicloud:

  • Source code di GitHub/GitLab
  • CI/CD pipeline melalui GitHub Actions, GitLab CI, atau Jenkins
  • Deployment otomatis ke AWS, GCP, dan Azure secara bersamaan
  • Pengujian otomatis pada setiap environment cloud

Automasi membuat tim DevOps lebih produktif dan mengurangi risiko kesalahan konfigurasi manual.

6. Mengikuti Best Practice dari Penyedia Cloud Besar

Setiap cloud provider sudah memiliki rekomendasi arsitektur multi-cloud yang matang.

Contoh best practice:

AWS

  • Gunakan AWS Landing Zone untuk tata kelola multi-akun
  • Manfaatkan EKS Anywhere untuk Kubernetes lintas cloud

GCP

  • Anthos sebagai platform hybrid & multi-cloud terpadu
  • VPC Service Controls untuk meningkatkan keamanan data sensitif

Azure

  • Azure Arc untuk mengelola server, Kubernetes, dan database di luar Azure
  • Integrasi mendalam dengan Active Directory untuk manajemen identitas

Dengan mengikuti best practice resmi, perusahaan dapat membangun fondasi multi-cloud yang lebih kuat, aman, dan terukur.

Kesimpulan

Multi-cloud bukan lagi sekadar tren teknologi, melainkan strategi utama yang membantu perusahaan tetap kompetitif di era digital 2025. Dengan menggunakan beberapa penyedia cloud sekaligus, bisnis bisa memanfaatkan keunggulan terbaik dari setiap platform: performa tinggi, fleksibilitas arsitektur, efisiensi biaya, hingga peningkatan keamanan dan ketersediaan layanan.

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah melihat bagaimana beragam jenis-jenis multi-cloud diterapkan oleh perusahaan modern untuk memenuhi kebutuhan operasional yang berbeda-beda. Mulai dari Distributed Multi-Cloud, Best-of-Breed Multi-Cloud, hingga model Backup & Disaster Recovery, semuanya memberikan lembaga dan perusahaan cara baru untuk mempercepat inovasi tanpa terjebak pada satu vendor.

Namun, di balik berbagai keuntungan tersebut, penerapan multi-cloud juga menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai. Kompleksitas operasional, biaya egress yang tidak terduga, kebutuhan SDM spesialis, serta standar keamanan lintas cloud menjadi faktor yang harus dikelola sejak awal. Tanpa strategi yang tepat, multi-cloud justru dapat mempersulit operasional bisnis.

Karena itu, organisasi perlu menerapkan strategi multi-cloud yang efektif, seperti memilih workload placement secara cermat, menggunakan alat orkestrasi dan automasi, menerapkan governance yang konsisten, mengelola biaya dengan pendekatan FinOps, hingga mengikuti panduan best practice dari penyedia cloud besar seperti AWS, GCP, dan Azure. Langkah-langkah inilah yang akan memastikan multi-cloud menjadi investasi strategis, bukan sekadar keputusan teknis semata.

Pada akhirnya, multi-cloud adalah fondasi masa depan infrastruktur digital, memberikan kebebasan, ketahanan, dan kelincahan yang sangat dibutuhkan bisnis modern. Perusahaan yang mampu memanfaatkan multi-cloud dengan benar akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan, terutama di era di mana kecepatan dan inovasi menjadi penentu keberhasilan.

Jika Anda ingin mempelajari lebih jauh tentang cloud computing, keamanan server, hingga tips membangun bisnis digital berbasis web, jangan lewatkan artikel–artikel terbaru dari Hosteko. Kami siap membantu Anda memahami teknologi dengan lebih mudah, lengkap, dan aplikatif.

5/5 - (1 vote)
Mulki A. A

Recent Posts

Hosting Tiba-Tiba Disuspend? Ini Penyebab Utama yang Harus Anda Ketahui

Memiliki website yang selalu online adalah kebutuhan utama bagi pemilik bisnis maupun personal blog. Namun,…

2 hours ago

WPForms Pro untuk WordPress: Mengenal Fitur Unggulan dan Cara Penggunaannya

Di era digital saat ini, website bukan hanya sekadar media informasi, tetapi juga sarana interaksi…

4 hours ago

Multi-Cloud: Strategi Infrastruktur Modern yang Wajib Dipahami Bisnis di 2025

Di tahun 2025, kebutuhan bisnis terhadap teknologi digital berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Perusahaan tidak…

6 hours ago

(7+) Ide Virtual Event Paling Kreatif dan Efektif untuk Segala Jenis Acara

Virtual event kini semakin berkembang pesat, bukan hanya sebagai solusi ketika acara offline tidak memungkinkan,…

6 hours ago

Manfaat XR dalam Kehidupan Modern: Dari Pendidikan, Kesehatan, hingga Industri Besar

Setelah memahami dasar-dasar XR mulai dari definisi, perbedaannya dengan AR–VR–MR, hingga bagaimana teknologi imersif ini…

24 hours ago

Cara Clone Private GitLab Repository di cPanel [Langkah Lengkapnya]

Mengelola kode menggunakan sistem version control seperti Git telah menjadi standar dalam dunia pengembangan perangkat…

1 day ago