(0275) 2974 127
DevOps merupakan istilah yang mungkin sudah dikenal oleh para programmer IT. Konsep ini telah banyak diadopsi oleh berbagai perusahaan besar dalam dunia IT seperti Google, Amazon, Gojek, dan lain sebagainya. DevOps adalah sebuah sistem yang muncul dari kemajuan teknologi yang memudahkan programmer atau developer dalam menciptakan dan mengembangkan aplikasi.
DevOps adalah topik yang menarik, karena istilah ini tidak secara langsung berhubungan dengan teknologi, server web, perangkat lunak, atau hal-hal serupa, melainkan lebih kepada prinsip, proses, manajemen, dan pola pikir yang ada di dunia IT, khususnya dalam perusahaan IT.
Dalam artikel ini, kami akan memberikan ulasan yang mendetail mengenai apa itu DevOps dan penerapannya dalam sektor bisnis. Berikut adalah informasi selengkapnya. Simak sampai selesai!
DevOps adalah sebuah pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak yang mengintegrasikan tim development (pengembang) dan operations (operasional) untuk bekerja secara kolaboratif dan berkesinambungan.
Tujuannya adalah mempercepat proses pengembangan, pengujian, hingga perilisan aplikasi dengan tetap menjaga kualitas dan stabilitas sistem. DevOps menekankan otomatisasi, pemantauan berkelanjutan, serta budaya komunikasi terbuka agar setiap perubahan dapat diterapkan dengan lebih cepat, aman, dan efisien.
Dengan menerapkan DevOps, perusahaan dapat meningkatkan kecepatan inovasi, mengurangi risiko kesalahan, dan memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.
Berikut adalah beberapa tujuan utama dari DevOps yang biasanya diterapkan dalam organisasi modern:
DevOps bertujuan mempercepat proses pengembangan hingga rilis aplikasi melalui otomatisasi dan kolaborasi yang lebih baik.
Dengan pengujian berkelanjutan, monitoring, dan penerapan otomatis, DevOps membantu mengurangi bug serta meningkatkan keandalan aplikasi.
DevOps menghilangkan “silo” antar tim sehingga komunikasi lebih terbuka, proses lebih transparan, dan keputusan dapat diambil lebih cepat.
Otomatisasi dalam deployment, konfigurasi, pemantauan, dan infrastruktur membantu mengurangi pekerjaan manual yang repetitif dan rawan kesalahan.
Organisasi dapat dengan cepat menanggapi kebutuhan pasar, perbaikan bug, atau update fitur tanpa proses panjang dan penuh hambatan.
Keamanan dimasukkan sejak awal ke dalam siklus pengembangan dengan otomatisasi pengecekan keamanan sehingga risiko dapat ditekan sejak dini.
Dengan rilis yang lebih cepat, stabil, dan berkualitas, pengguna mendapatkan layanan yang lebih baik dan minim gangguan.
DevOps mencakup berbagai aktivitas yang mendukung siklus hidup pengembangan perangkat lunak, dengan fokus pada otomatisasi, kolaborasi, dan efisiensi sistem. Secara umum, kegiatan DevOps meliputi:
1. Continuous Integration (CI)
Kegiatan: Menggabungkan kode dari seluruh developer secara rutin ke dalam repositori bersama.
Rincian tugas:
Mengonfigurasi pipeline CI (misalnya Jenkins, GitLab CI, GitHub Actions).
Menjalankan build otomatis setiap kali ada perubahan kode.
Melakukan pengujian unit dan integrasi otomatis.
Mengatasi error build dengan cepat.
2. Continuous Delivery / Continuous Deployment (CD)
Kegiatan: Mengotomatisasi proses rilis aplikasi hingga bisa di-deploy ke produksi.
Rincian tugas:
Menyiapkan pipeline deployment otomatis.
Menjamin setiap versi aplikasi yang lolos pengujian siap dirilis kapan saja.
Mengelola strategi deployment seperti rolling update, blue-green, atau canary.
Melakukan rollback cepat jika ada masalah.
3. Infrastructure as Code (IaC)
Kegiatan: Mengelola infrastruktur menggunakan kode agar konsisten dan mudah direplikasi.
Rincian tugas:
Membuat skrip infrastruktur menggunakan Terraform, Ansible, atau CloudFormation.
Mengotomatisasi provisioning server, database, dan layanan cloud.
Menghindari konfigurasi manual yang rentan kesalahan.
Mengelola versi infrastruktur seperti pengelolaan versi kode aplikasi.
4. Monitoring dan Logging
Kegiatan: Memantau aplikasi dan infrastruktur untuk memastikan performa dan stabilitas.
Rincian tugas:
Mengonfigurasi monitoring tools seperti Prometheus, Grafana, ELK/EFK.
Memantau CPU, memori, traffic, latensi, dan metrik lainnya.
Menganalisis log untuk mendeteksi masalah lebih awal.
Membangun alert otomatis bila terjadi anomali.
5. Security Integration (DevSecOps)
Kegiatan: Memasukkan keamanan ke seluruh proses DevOps.
Rincian tugas:
Menjalankan scanning keamanan otomatis (SAST, DAST, dependency scanning).
Memastikan konfigurasi server aman (hardening).
Mengelola secret secara aman menggunakan Vault, AWS Secrets Manager, dll.
6. Configuration Management
Kegiatan: Mengelola konfigurasi aplikasi dan environment agar konsisten.
Rincian tugas:
Mengotomatisasi konfigurasi server dengan Ansible, Puppet, atau Chef.
Mengelola file konfigurasi untuk berbagai environment (dev, staging, prod).
Memastikan environment selalu identik dan stabil.
7. Containerization & Orchestration
Kegiatan: Mengemas aplikasi dalam container dan mengatur skalanya.
Rincian tugas:
Membuat Dockerfile dan mengelola image aplikasi.
Men-deploy aplikasi menggunakan Kubernetes atau Docker Swarm.
Mengelola scaling, auto-healing, dan service discovery.
Mengoptimalkan resource di cluster.
8. Collaboration & Communication
Kegiatan: Menghubungkan tim development, testing, dan operations.
Rincian tugas:
Membuat dokumentasi pipeline, infrastruktur, dan prosedur.
Mengadakan review perubahan sistem dan deployment plan.
Menjembatani komunikasi antara tim terkait teknis dan proses.
Setelah mengetahui apa itu DevOps dan kegiatannya, selanjutnya kami akan membahas tentang aplikasi yang sering digunakan, berikut diantaranya:
1. Git (Version Control)
Git adalah sistem kontrol versi paling populer yang digunakan untuk mengelola perubahan kode secara terstruktur. Dengan Git, developer dapat bekerja secara kolaboratif, membuat branch, melakukan merge, serta melacak setiap perubahan kode. Git menjadi fondasi utama workflow DevOps.
2. GitHub (Repository & Collaboration Platform)
GitHub dan GitLab adalah platform hosting repository Git yang menyediakan fitur manajemen proyek, kolaborasi tim, serta integrasi CI/CD. Keduanya menjadi pusat aktivitas tim DevOps dalam mengelola kode, pull request, issue tracking, hingga otomatisasi pipeline.
3. Jenkins (CI/CD)
Jenkins adalah salah satu alat CI/CD paling populer dan fleksibel. DevOps menggunakan Jenkins untuk mengotomatisasi proses build, testing, hingga deployment. Dengan ribuan plugin, Jenkins mudah diintegrasikan dengan berbagai tools dan environment.
4. Docker (Containerization)
Docker memungkinkan aplikasi dikemas dalam container sehingga dapat dijalankan secara konsisten di berbagai lingkungan. Docker mempercepat deployment, meningkatkan portabilitas aplikasi, dan mempermudah proses scaling.
5. Kubernetes (Container Orchestration)
Kubernetes digunakan untuk mengatur dan mengelola banyak container dalam skala besar. Dengan fitur auto-scaling, self-healing, dan load balancing, Kubernetes menjadi standar industri untuk orkestrasi container di lingkungan modern.
6. Terraform (Infrastructure as Code (IaC))
Terraform adalah alat IaC yang digunakan untuk mengelola infrastruktur cloud menggunakan file konfigurasi. DevOps dapat membuat, mengubah, dan menghapus infrastruktur secara otomatis dan konsisten di berbagai platform cloud seperti AWS, GCP, dan Azure.
7. Ansible ( Configuration Management)
Ansible digunakan untuk otomatisasi konfigurasi server, deployment aplikasi, dan orkestrasi sederhana. Berbasis YAML dan tanpa kebutuhan agen (agentless), Ansible mudah digunakan dan cocok untuk mengelola banyak server sekaligus.
8. Prometheus & Grafana (Monitoring & Observability)
Prometheus digunakan untuk mengumpulkan metrik dari aplikasi dan server, sementara Grafana menampilkan data tersebut dalam bentuk dashboard visual. Keduanya merupakan kombinasi monitoring paling umum dalam ekosistem DevOps.
9. ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana)
ELK Stack adalah solusi log management yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menampilkan log. DevOps menggunakannya untuk troubleshooting, analisis performa, dan deteksi masalah secara real-time.
10. AWS (Amazon Web Services)
AWS adalah platform cloud yang paling banyak digunakan oleh DevOps untuk menjalankan aplikasi, membangun infrastruktur, dan mengelola layanan modern. Layanan seperti EC2, S3, Lambda, dan RDS sangat mendukung kebutuhan deployment skala besar.
Slideshare merupakan salah satu platform berbagi presentasi terbesar di dunia. Di sini, pengguna bisa menemukan…
Dalam era digital saat ini, memiliki toko online bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi para…
Di dunia SEO dan pemasaran digital, link bukan sekadar alat untuk menghubungkan halaman. Tautan juga…
Spam merupakan salah satu masalah terbesar dalam komunikasi email saat ini. Ribuan hingga jutaan pesan…
Email admin di WordPress adalah alamat email utama yang digunakan untuk menerima semua pemberitahuan penting…
Podcast telah menjadi salah satu media hiburan dan edukasi paling populer beberapa tahun terakhir. Spotify…