(0275) 2974 127
Apache dan NGINX adalah dua jenis server web yang sering digunakan saat ini. Fungsi utama dari server web ini adalah mengirimkan konten ke pengguna melalui internet serta memfasilitasi pertukaran data antara komputer (host) dan browser yang digunakan oleh pengguna. Server web juga memainkan peran penting dalam menentukan kecepatan dan tingkat keamanan situs web. Karena itu, ketika membuat situs web atau mengatur VPS (Virtual Private Server), Anda perlu memilih jenis server web yang sesuai. Pada artikel ini kami akan membantu Anda membandingkan NGINX dan Apache dari berbagai aspek, seperti struktur sistem, kompatibilitas, performa, dan keamanan untuk mengetahui mana yang lebih cocok untuk kebutuhan Anda!
Mari bandingkan NGINX dan Apache dalam segi arsitektur dasar dan cara kedua software ini menangani koneksi.
Apache
Secara default, Apache menggunakan sistem berbasis proses, yaitu dengan membuat satu thread untuk menangani setiap permintaan dari pengguna. Masalah yang muncul adalah ketika banyak pengguna mengakses website, Apache harus membuat proses yang berbeda untuk setiap permintaan. Hal ini bisa menghabiskan banyak sumber daya dan menyebabkan masalah pada server, seperti website yang terlalu lambat atau server yang crash berulang. Untuk mengatasi hal tersebut, Apache menyediakan beberapa pilihan modul penanganan proses (MPM) yang menentukan cara server menerima dan menyajikan permintaan HTTP. Pengguna bisa memilih MPM yang cocok dengan kebutuhan mereka. Berikut tiga jenis MPM utama di Apache:
mpm_prefork – MPM ini tidak menggunakan thread, jadi setiap proses hanya bisa menangani satu permintaan. Jika jumlah permintaan melebihi jumlah proses, performa server akan menurun secara signifikan. MPM ini cocok untuk penggunaan yang stabil dan kompatibel, tetapi kurang fleksibel untuk skala besar.
mpm_worker – setiap proses MPM worker bisa membuat beberapa thread yang bisa menangani beberapa permintaan sekaligus. Dengan menggunakan thread, MPM ini lebih hemat sumber daya, mudah diatur, dan efisien dibandingkan MPM prefork.
mpm_event – MPM ini mirip dengan MPM worker, namun dirancang khusus untuk menangani koneksi keep-alive. MPM ini memiliki thread khusus untuk mengelola koneksi dan mengalokasikan permintaan ke thread lain, sehingga bisa menjaga performa tetap baik meskipun menangani banyak permintaan yang terus aktif. Ini membuat MPM ini lebih hemat sumber daya.
Penting untuk diketahui, hanya satu MPM yang bisa diaktifkan dalam satu waktu di server. Jika menekankan stabilitas dan kompatibilitas, pilih MPM prefork. Namun, jika nanti ada rencana untuk menyesuaikan atau meningkatkan server, gunakan MPM worker atau event.
NGINX
Banyak web server menggunakan arsitektur yang sederhana dengan thread atau berdasarkan proses. Namun, NGINX menggunakan metode berbeda, yaitu dengan arsitektur asinkron, tidak ada pemblokiran, dan berbasis event. Karena itu, web server ini mampu menangani banyak koneksi dalam satu proses. NGINX memiliki proses utama (master process) yang bertugas melakukan tugas-tugas khusus, seperti mengikat port, membaca dan mengevaluasi file konfigurasi, serta membuat proses turunan.
Berikut tiga jenis proses turunan yang ada di NGINX:
Proses cache loader – dengan proses ini, Anda bisa memuat cache berbasis disk ke memori. Proses ini hanya memakan sedikit sumber daya server karena hanya dijalankan sekali setelah NGINX dijalankan.
Proses cache manager – proses ini bertugas menjaga jumlah data yang disimpan di cache agar tidak melebihi batas yang ditentukan. Ia secara berkala memeriksa data dan menghapus data yang paling jarang diakses.
Proses worker – proses ini menangani beberapa koneksi HTTP secara bersamaan, sehingga tidak perlu membuat proses atau thread baru. Setiap proses berjalan secara mandiri dan memiliki unit kecil yang disebut koneksi worker, yang bertugas mengelola permintaan. Selain berkomunikasi dengan server upstream, proses worker juga bisa membaca dan menulis konten yang tersimpan.
Arsitektur berbasis event di NGINX mampu mendistribusikan permintaan dari klien secara efektif ke proses worker. Hasilnya, efisiensi dan penggunaan sumber daya di antara Apache dan NGINX berbeda. Karena kemampuannya memproses ribuan permintaan klien secara efisien dengan sumber daya yang minimal, NGINX cocok untuk website dengan trafik tinggi, seperti mesin pencari, situs e-Commerce, dan layanan penyimpanan cloud. Beberapa jaringan pengiriman konten (CDN) yang populer, seperti MaxCDN dan Cloudflare, juga menggunakan NGINX untuk menangani permintaan.
Di bagian ini, kami akan menjelaskan perbandingan performa Apache dan NGINX untuk pemrosesan permintaan konten statis dan dinamis.
Konten statis adalah file web yang tetap sama ketika dikirimkan ke pengguna dan tidak berubah sesuai dengan apa yang diminta pengguna. Jenis konten ini lebih mudah dikirim melalui internet dan biasanya disimpan di CDN. Contohnya adalah berkas JavaScript, file HTML, dan gambar.
Sementara itu, konten dinamis adalah file web yang berubah sesuai dengan tindakan, karakteristik, atau preferensi pengguna. Setiap pengguna akan mendapatkan tampilan yang berbeda karena konten ini disajikan berdasarkan permintaan tertentu. Contoh dari konten dinamis adalah berkas PHP.
Apache
Apache menampilkan konten yang tidak berubah menggunakan cara tradisional berdasarkan file. Kemampuan berjalan dari operasi ini bergantung pada MPM yang dijalankan. Salah satu kelebihan dari server Apache adalah mampu memproses konten yang berubah secara langsung tanpa memerlukan bantuan komponen di luar. Server ini mengolah konten yang berubah dengan menggabungkan pengolah bahasa pemrograman yang tepat ke dalam setiap pekerja yang aktif. Pengguna dapat mengaktifkan pengolah tersebut melalui modul-modul yang bisa diinstal secara dinamis oleh Apache.
NGINX
Dalam menampilkan konten statis, NGINX lebih cepat daripada Apache karena server ini menyimpan file statis di dalam cache sehingga selalu siap digunakan kapan saja. Namun, NGINX tidak bisa memproses konten dinamis secara langsung. Untuk menangani konten dinamis, server ini harus mengirimkan permintaan ke program luar seperti FastCGI Process Manager (PHP-FPM). Program luar tersebut akan menerjemahkan permintaan menjadi konten dinamis dan mengirimkan hasilnya kembali ke NGINX. Setelah menerima hasilnya, NGINX akan mengirimkan konten tersebut ke pengguna.
Di bagian ini, kami akan membandingkan konfigurasi Apache dan NGINX.
Apache
Web server Apache mendukung pengaturan tambahan per direktori melalui file .htaccess. File ini memungkinkan pengguna yang tidak memiliki akses istimewa untuk mengatur beberapa hal di website Anda, tetapi tidak bisa mengedit file konfigurasi utama. Banyak penyedia layanan hosting berbagi yang menggunakan Apache untuk memberikan akses ini agar file konfigurasi utama tidak terganggu akibat pengeditan yang salah, yang bisa menyebabkan masalah pada website. Apache akan membaca file .htaccess jika file tersebut terletak di alur permintaan. Server web ini bisa langsung mengaktifkan aturan-aturan yang ada di .htaccess tanpa memerlukan restart server.
Meski begitu, ada beberapa kelemahan dalam menggunakan file .htaccess. Misalnya, performa website bisa menurun karena Apache selalu memuat file .htaccess untuk setiap permintaan halaman. Proses ini menghabiskan sumber daya yang cukup besar, terutama untuk website dengan lalu lintas tinggi dan desain halaman yang kompleks. Selain itu, memperbolehkan pengguna mengedit file .htaccess bisa membawa risiko keamanan. Jika tidak perlu bantuan orang lain untuk merubah pengaturan server, sebaiknya nonaktifkan akses ke file tersebut.
NGINX
Berbeda dengan Apache, NGINX tidak mendukung pengaturan berdasarkan direktori. Meskipun hal ini membuatnya kurang fleksibel, kelebihan ini bisa meningkatkan kecepatan situs web Anda. Karena dibuat agar lebih efisien, NGINX tidak perlu mencari dan memproses file .htaccess, sehingga web server ini mampu merespons permintaan dengan lebih cepat dibandingkan Apache. NGINX juga membantu menjaga keamanan server Anda karena tidak memperbolehkan pengaturan tambahan. Hanya pengguna yang memiliki akses root yang bisa mengubah pengaturan server dan situs web.
Sebagian besar web server memiliki file konfigurasi standar secara default. Namun, developer sering menyertakan modul untuk meningkatkan fungsionalitasnya dan mempermudah proses pemrograman. Meskipun fungsi NGINX dan Apache bisa ditingkatkan melalui sistem modul, keduanya memiliki cara kerja yang berbeda.
Apache
Apache adalah web server yang bisa diubah sesuai kebutuhan pengguna, sehingga bisa menginstal lebih dari 50 modul resmi dan modul dari pihak ketiga. Web server ini juga mendukung modul dinamis yang bisa membantu pengguna mengelola penggunaan memori secara lebih efisien. Selain itu, pengguna bisa memasang atau menonaktifkan modul sesuai kebutuhan untuk mengubah cara kerjanya.
Modul Apache bisa digunakan untuk melakukan beberapa tugas tertentu, seperti memproses konten dinamis, mengatur variabel sistem, dan mengubah URL.
Berikut beberapa modul Apache yang sering digunakan:
mod_headers – digunakan untuk mengatur dan mengubah header permintaan dan respons HTTP di web server Apache.
mod_expires – memungkinkan pengguna menentukan waktu kedaluwarsa untuk berbagai jenis konten di website.
mod_authz_host – memberikan kontrol akses berdasarkan hostname, alamat IP, atau karakteristik permintaan.
mod_mime – membantu menetapkan informasi meta konten berdasarkan nama file.
mod_alias – berguna untuk menginformasikan bahwa URL yang diminta oleh klien tidak tepat.
Perlu diketahui bahwa Apache memiliki beberapa modul yang sudah terinstal dan dimuat di memori server.
Jadi, sebaiknya nonaktifkan modul yang tidak digunakan agar penggunaan sumber daya berkurang dan performa server tetap optimal.
NGINX
NGINX menawarkan berbagai modul resmi dan pihak ketiga yang bisa diintegrasikan ke software intinya. Pengguna yang memahami bahasa pemrograman C juga bisa membuat modul NGINX khusus untuk kebutuhan spesifik proyek mereka. Namun, NGINX tidak mendukung pemuatan modul dinamis karena harus dikompilasi di dalam software intinya. Pengguna harus menggunakan NGINX Plus agar modul bisa dimuat secara dinamis. Meskipun hal ini membuat NGINX kurang fleksibel dibandingkan dengan Apache, keamanannya lebih terjamin karena mengintegrasikan banyak modul dinamis bisa menimbulkan risiko keamanan.
Penting untuk memilih web server yang aman guna melindungi data website Anda dan menjaganya tetap up-to-date dengan patch terbaru. Berikut adalah perbandingan Apache vs NGINX dalam hal keamanan.
Apache
Apache Software Foundation memiliki milis bernama Apache Server Announcements agar pengguna bisa terus mendapat pembaruan informasi dari para pengembang perangkat lunak ini. Untuk menjaga keamanan web server, Apache juga menggunakan beberapa konfigurasi yang bisa membantu mencegah serangan DoS, seperti:
TimeOut – berfungsi untuk menentukan berapa lama Apache akan menunggu suatu event terjadi sebelum membatalkan permintaan. Website yang rentan terhadap serangan DoS sebaiknya menetapkan nilai ini seminimal mungkin dalam detik.
RequestReadTimeout – akan menghentikan koneksi dari klien yang tidak segera mengirimkan permintaannya.
KeepAliveTimeout – digunakan untuk menentukan seberapa lama server Apache akan menunggu dan menjaga koneksi tetap aktif agar bisa menerima permintaan baru.
Meskipun Apache dirancang agar aman dan stabil, keamanan server Anda tetap bergantung pada bagaimana konfigurasi server Anda diatur. Pastikan untuk menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan, seperti menginstal firewall aplikasi web (WAF).
NGINX
NGINX juga memiliki beberapa pengaturan keamanan bawaan, seperti pembatasan laju permintaan. Fitur ini membantu melindungi server dari serangan DDoS dengan mengurangi jumlah permintaan masuk ke tingkat yang lebih wajar, sesuai dengan cara pengguna nyata mengakses server. Pembatasan laju permintaan juga berguna untuk melindungi server aplikasi yang ada di belakang dari permintaan yang terlalu banyak dalam waktu singkat. Hal ini membuat server tetap stabil dan tetap berjalan dengan baik. Selain itu, pengguna NGINX bisa mencegah serangan DDoS dengan memperbolehkan atau memblokir akses dari alamat IP tertentu. Mereka juga bisa melindungi server dengan membatasi akses menggunakan kata sandi, hasil dari permintaan tambahan, atau batas penggunaan bandwidth.
NgINX juga mendukung versi TLS terbaru yang menyediakan enkripsi data yang lebih aman saat data ditransmisikan. Jika ingin memiliki fitur keamanan yang lebih lengkap, Anda bisa memilih NGINX Plus. Versi berbayar ini memiliki fitur SSO yang memungkinkan pengguna mengakses berbagai situs dan aplikasi dengan satu set kredensial saja. Tidak hanya itu, pengguna NGINX juga bisa mengunjungi website resmi server ini untuk mendapatkan saran keamanan lainnya serta informasi terbaru.
Web server yang baik harus menyediakan layanan dukungan yang optimal sehingga pengguna bisa mendapatkan bantuan kapan pun saat mengalami masalah. Berikut adalah perbandingan Apache dan NGINX dalam hal dukungan.
Apache
Apache memiliki dokumentasi yang lengkap dan mencakup berbagai topik terkait perangkat lunak ini. Dukungan dari komunitas juga tersedia melalui email, sehingga Anda bisa memperoleh bantuan dari pengguna lain yang juga menggunakannya. Selain itu, pengguna bisa mengajukan pertanyaan di situs Stack Overflow dan saluran #httpd di jaringan IRC Freenode. Meskipun tidak ada layanan dukungan langsung dari pihak Apache, popularitasnya memudahkan pengguna untuk menemukan jawaban online. Terdapat juga beberapa perusahaan layanan dukungan teknis pihak ketiga yang menawarkan bantuan khusus untuk Apache dengan berbagai harga. Anda juga bisa menghubungi penyedia layanan hosting, karena biasanya mereka menyediakan dukungan gratis sebagai bagian dari paket yang dibeli.
NGINX
NGINX memiliki sebuah milis yang dikelola oleh para pengguna untuk membantu saling berbagi solusi mengenai masalah pembuatan website. Selain itu, juga ada forum umum yang bisa digunakan untuk mendapatkan bantuan. Karena pengguna NGINX banyak, terdapat berbagai forum komunitas lain yang sering digunakan oleh para pengembang untuk saling berbagi informasi dan jawaban. Web server ini juga memberikan berbagai materi pembelajaran bagi pemula agar bisa mempelajari software ini lebih dalam, seperti blog, glosarium, dokumen, buku digital, webinar, dan data sheet. Berbeda dengan Apache, NGINX menyediakan dukungan khusus dari timnya dalam versi premium. Layanan ini bisa membantu Anda dalam hal instalasi dan penggunaan web server ini.
Dari perbandingan di atas, Apache dan NGINX memiliki skenario penggunaan yang berbeda. Artinya, masing-masing web server ini bisa lebih cocok untuk kebutuhan tertentu. Sebelum memutuskan, pastikan Anda memahami kelebihan dan kekurangan dari kedua web server ini.
Keunggulan Apache terletak pada fleksibilitasnya. Server ini memberikan akses root untuk mengedit file konfigurasi utama, sehingga pengguna yang tidak punya hak istimewa juga bisa mengatur beberapa pengaturan server. Namun, penggunaan memori pada Apache cenderung lebih boros.
Sementara itu, NGINX memiliki performa yang lebih baik dalam menangani permintaan halaman statis, melayani banyak pengguna sekaligus, dan mengatur sumber daya secara lebih efisien. Server ini cocok digunakan untuk website dengan halaman konten yang kompleks dan volume pengunjung yang tinggi. Selain itu, NGINX juga bisa digunakan dalam berbagai fungsi, seperti web server, reverse proxy, load balancer, atau penyimpanan cache. Namun, secara default NGINX tidak bisa memproses konten dinamis, sehingga membutuhkan aplikasi back-end seperti PHP.
Dalam hal kompatibilitas software, keduanya tidak terlalu berbeda. Apache maupun NGINX mendukung berbagai sistem operasi dan CMS, sehingga cocok untuk pengguna WordPress.
Pemilihan web server yang tepat sangat penting untuk menjaga keamanan dan kinerja VPS tetap optimal. Namun, bagi sebagian pengguna, memilih web server yang sesuai dengan kebutuhan bisa menjadi tantangan. Untuk mempermudah, kami telah membandingkan dua web server yang populer saat ini, yaitu NGINX dan Apache. Berikut penjelasan perbedaannya dari berbagai sudut pandang:
Arsitektur dasar – Apache menggunakan satu thread untuk menangani setiap permintaan koneksi. Sedangkan NGINX hanya membutuhkan satu proses untuk mengelola beberapa koneksi sekaligus. Dalam hal performa, NGINX lebih cepat dalam memberikan konten statis, tetapi memerlukan software tambahan untuk memproses konten dinamis. Sementara itu, Apache bisa memproses konten dinamis secara default tanpa perlengkapan tambahan.
Konfigurasi tingkat direktori – Apache mengizinkan pengguna untuk mengubah pengaturan website melalui file .htaccess, sehingga bisa dilakukan tanpa mengubah konfigurasi server utama. Berbeda dengan NGINX yang tidak mendukung konfigurasi tingkat direktori.
Penggunaan modul – Apache mendukung pemuatan modul secara dinamis, sedangkan modul pada NGINX harus diinstal saat pengembangan software intinya. Dalam hal keamanan, baik Apache maupun NGINX sama-sama aman dan bisa dipercaya. Keduanya juga menyediakan beberapa alat keamanan untuk melindungi website dari serangan seperti DDoS. Dukungan pengguna – Apache dan NGINX keduanya memiliki komunitas yang aktif serta dokumentasi yang lengkap.
Namun, NGINX juga menyediakan dukungan langsung dengan versi premium. Secara umum, Apache lebih fleksibel dan memiliki berbagai macam modul, sedangkan NGINX lebih mudah dikelola, lebih cepat, dan bisa digunakan sebagai server reverse proxy.
Usais udah pembahasan kita kali ini mengenai perbandingan dari Apache dan NGINX. Terima kasih sudah menyimak. Sampai jumpa di artikel kami selanjutnya!
Apa itu OnlyFans? OnlyFans adalah sebuah aplikasi yang menyediakan berbagai konten eksklusif yang bisa diakses…
Setiap alat yang terhubung ke jaringan pasti mendapatkan alamat IP untuk berinteraksi dengan situs web…
Kasus kejahatan siber di berbagai belahan dunia semakin meningkat, termasuk di Indonesia. Apakah kamu tahu…
Apa yang Dimaksud Backlink? Backlink adalah link yang berasal dari suatu domain atau subdomain dan…
Market Segmentation merupakan pendekatan yang ideal untuk mengelompokkan dan mengkategorikan konsumen berdasarkan karakteristik mereka, guna…
Ketika mengelola sistem Linux, Anda tentunya perlu menjalankan beberapa perintah Linux untuk berbagai tujuan. Salah…