(0275) 2974 127
Microservices adalah salah satu pola arsitektur yang terkenal di kalangan pengguna dan penggemar IT. Singkatnya, microservices adalah pendekatan arsitektur cloud dimana satu aplikasi terdiri dari banyak komponen dan layanan yang dapat digunakan secara independen.
Layanan arsitektur mikro ini adalah satu komponen teknologi penting yang membantu perkembangan banyak perusahaan startup seperti Grab, Gojek, dan Netflix. Jika ingin tahu lebih dalam lagi tentang microservices ada di tempat yang tepat.
Arsitektur layanan mikro atau microservices adalah metode khusus untuk mengembangkan sistem perangkat lunak yang berfokus pada pembuatan modul fungsi tunggal. Umumnya, microservices mempunyai antarmuka dan operasi yang terdefinisi dengan baik. Layanan ini semakin populer karena semakin banyak perusahaan yang bergerak ke DevOps.
Layanan microservices umumnya memiliki beberapa tumpukan teknologi (teknologi stack) di dalamnya seperti model database dan manajemen data. Microservices juga dapat berkomunikasi dengan satu sama lainnya melalui kombinasi REST API, event streaming, perantara pesan, dan lain sebagainya.
Layanan ini juga umumnya diatur oleh kemampuan bisnis yang terintegrasi dengan dengan pemisah garis yang sering disebut sebagai konteks terbatas (bounded context).
Microservices terhubung melalui API dan dapat memanfaatkan banyak tool. Solusi yang sama sudah pernah berkembang di ekosistem RESTful dan layanan web. Microservices memiliki banyak manfaat untuk tim Agile dan DevOps. Netflix, Twitter, dan perusahan teknologi lainnya bahkan telah berevolusi dari arsitektur monolitik ke layanan mikro.
Perbedaan antara layanan mikro dan arsitektur monolitik adalah microservices menyusun aplikasi tunggal dari banyak layanan yang lebih kecil dan digabungkan secara longgar. Sedangkan, pendekatan monolitik menyusun aplikasi besar yang digabungkan secara erat. Tidak seperti layanan mikro, aplikasi monolit dibangun sebagai satu unit otonom.
microservices juga mempunyai banyak karakteristik utama, berikut adalah beberapa diantaranya, yaitu :
Salah satu tujuan diterapkannya microservices adalah agar sebuah aplikasi bisa mempunyai beberapa fitur yang lebih maksimal. Setiap fitur tersebut tentunya mempunyai komponen tersendiri agar bisa melakukan layanannya. Untuk itu, di dalam microservices akan ada banyak komponen yang digunakan.
Tujuan utama dari microservices adalah untuk menyederhanakan proses routing yang ada pada sebuah aplikasi atau sistem. Di dalam microservices ada beberapa fitur kecil yang tidak perlu melakukan proses tambahan untuk menyinkronkan dengan fitur-fitur lainnya.
Microservices pun bekerja seperti sistem UNIX klasik : mereka menerima semua permintaan, memproses, dan menghasilkan respons yang sesuai.
Microservices juga mempunyai desain yang terbukti dan dirancang untuk mampu mengatasi semua kegagalan pada sistem dan jaringan. Meskipun layanan ini umumnya berjalan sendiri, beragam fitur dan fungsi yang ada di dalam aplikasi ini memang akan saling membackup.
Keberadaan sistem backup ke database inilah yang tentunya akan mengurangi segala resiko kegagalan dalam layanan arsitektur mikro ini.
Melalui microservices, semua fitur yang tersedia di dalamnya bisa berjalan sendiri tanpa adanya sinkronisasi dengan berbagai fitur-fitur lainnya.
Oleh karena itu, semua fitur yang ada pada layanan microservices umumnya mempunyai tim developer yang berbeda dari pengembang aplikasi utama.
Banyaknya fitur yang ada di dalam suatu aplikasi akan berkaitan dengan tujuan bisnis, yakni agar bisa melayani pelanggan secara maksimal. Tanpa adanya microservices, maka suatu aplikasi hanya mampu menjalankan aplikasinya secara optimal untuk satu tujuan besar saja, seperti melakukan transaksi untuk produk keperluan rumah tangga.
Beda halnya dengan microservices, hal tersebut akan bisa dimaksimalkan dengan menambah berbagai fitur pelengkap dari transaksi produk rumah tangga. Contohnya adalah layanan membersihkan rumah. Dengan kehadiran microservices, fitur baru tersebut bisa berjalan lebih maksimal tanpa harus mengganggu tujuan utama suatu aplikasi.
Layanan microservices umumnya diatur berdasarkan kemampuan dan prioritas bisnis, tidak seperti pendekatan pengembangan monolitik tradisional. Pada pendekatan monolitik, setiap tim berbeda masing-masing memiliki fokus khusus seperti UI, database, lapisan teknologi, atau logika sisi server.
Sedangkan, arsitektur layanan mikro menggunakan tim yang mempunyai banyak fungsi dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Kemudahan yang diberikan microservices memudahkan suatu aplikasi beradaptasi dengan keadaan. Beragam jenis gadget, serta berbagai update yang diberikan tetap membuat suatu aplikasi dapat optimal karena adanya microservices.
Microservices memang umumnya berkisar pada definisi dan karakteristik arsitektur. Namun, kelebihan sebenarnya dapat lebih dipahami melalui beberapa manfaat berikut ini :
Aplikasi arsitektur layanan mikro umumnya mudah untuk di upgrade dan diatur sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Microservices juga umumnya sangat aman dan secure karena telah dirancang untuk mampu mengatasi semua kegagalan yang mungkin terjadi.
Arsitektur layanan mikro memberi developer kebebasan untuk mengembangkan dan menyebarkan layanan secara mandiri.
Microservices mudah dipahami dan dimodifikasi sehingga membantu anggota tim baru menjadi produktif dengan cepat.
Ketika perubahan diperlukan di pada bagian tertentu, hanya layanan terkait yang perlu dimodifikasi, tidak perlu menerapkannya ke seluruh aplikasi.
Konsep SRP yang diterapkan akan mampu memastikan bahwa setiap microservices mampu menjalankan tugas yang berbeda dan lebih spesifik pada entitas bisnis tertentu. Jika memang terjadi error, maka akan sangat mudah dalam melakukan isolasi atas masalah tersebut, karena layanan antara yang satu dengan yang lainnya.
Sama seperti pendekatan arsitektur lainnya, microservices juga mempunyai beberapa kekurangan, seperti :
Karena deployment microservices umumnya tersebar, testing bisa menjadi sedikit rumit dan membutuhkan banyak langkah.
Arsitektur microservices membawa sedikit kompleksitas karena developer harus mengurangi toleransi error, latensi jaringan, dan lain-lain.
Microservices juga membutuhkan sistem automation yang cukup tinggi untuk bisa melakukan deployment.
Monolitik dibuat dengan suatu sistem besar dan umumnya berdasarkan satu basis kode tertentu. Sedangkan microservices adalah aplikasi yang dibuat dengan rangkaian layanan yang lebih kecil.
Sistem monolitik bisa dibilang adalah sistem yang sederhana sehingga dalam proses penerapannya tidak perlu banyak menangani file atau direktori.
Monolitik adalah suatu pendekatan standar dalam membuat suatu aplikasi, sehingga akan ada banyak orang yang mampu melakukan pengembangan.
Sistem monolitik terbagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, sehingga akan lebih cepat dalam melakukan proses debugging dan testing.
Apa Itu PHP? Pengertian, Fungsi dan Contohnya! Dalam dunia pemrograman, PHP merupakan salah satu…
Mesin Pencari Selain Google Yang Anda Harus Ketahui Untuk kata Google ini sepertinya sudah tidak…
Pada artikel kali ini kami akan memberikan perbandingan antara CentOS vs Ubuntu. Untuk membantu Anda…
Panduan Untuk Kombinasi Warna Yang Cocok Dalam HTML Pilih kombinasi warna yang tepat untuk membuat…
Cara Mendefinisikan Dan Mendapatkan Lead Terbaik Untuk Bisnis Faktanya, dalam bidang pemasaran, ada istilah yang…
Website Freelance Terbaik Untuk Orang yang Bekerja dari Rumah Untuk siapapun saat ini pasti…