(0275) 2974 127
Data center adalah fasilitas berisi infrastruktur IT untuk menyimpan dan mengolah data. Banyak pihak yang sudah menggunakannya, termasuk instansi pemerintah, organisasi dan perusahaan.
Dulu, setiap instansi umumnya memiliki data center sendiri. Instansi tersebut juga harus menentukan teknologi yang akan digunakan dan strategi pengelolaannya. Namun, kini sudah banyak pusat data yang bisa digunakan bersama-sama. Fasilitas seperti ini dikenal sebagai colocation.
Pengelola colocation akan memilihkan infrastruktur terbaik dan teknologi terbaru untuk memastikan layanan penyimpanan data yang optimal.
Apalagi dengan adanya infrastruktur cloud, penggunaan data center colocation menjadi lebih efektif. Tidak perlu khawatir dengan privasi data karena satu server dapat dibagi resourcenya menggunakan software.
Setiap pengguna pusat data akan memiliki resource sendiri, sehingga satu pengguna tidak bisa mengakses data pengguna lainnya.
Pusat data dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi tergantung penggunanya, yaitu meliputi :
Data center tier menandakan kualitas pusat data. Menurut Uptime Institute, ada empat data center tier. Tier 4 memiliki kualitas terbaik, sedangkan tier 1 adalah kualitas terendah.
Berikut ini merupakan penjelasannya, yaitu :
Komponen-komponen utama pusat data tier 1, seperti perangkat komputasi, penyimpanan dan jaringan tidak dilengkapi cadangan. Artinya, satu komponen bermasalah pun akan menyebabkan downtime (tidak dapat digunakan). Tidak hanya itu, pemeliharaan fasilitas di data center tier 1 juga mengharuskan semua komponen dimatikan.
Kekurangan lainnya adalah ketiadaan cadangan listrik dan sistem pendingin. Meski demikian, beberapa pusat data tier 1 memiliki infrastruktur pendukung tersebut.
Apabila terpaksa menggunakan data center tier 1, setidaknya pilihlah yang lokasinya bebas dari banjir.
Uptime | 99,671% |
Downtime | 28,8 jam per tahun |
Tier 2 adalah pusat data yang sudah menyediakan cadangan untuk beberapa infrastrukturnya, termasuk komponen utama dan sumber daya listrik. Selain itu, data center ini sudah dilengkapi sistem pendingin, tetapi tanpa cadangan.
Server data center tier 2 juga lebih aman dibandingkan tier 1 karena lantainya telah ditinggikan untuk mencegah masuknya air jika ada genangan.
Meski menawarkan banyak kelebihan yang tidak ada di tier 1, downtime masih sering terjadi di tier 2. Alasannya, komponen prosesor harus dimatikan setiap kali pemeliharaan berlangsung.
Uptime | 99,741% |
Downtime | 22 jam per tahun |
Data center tier 3 berstatus N+1, yang artinya semua infrastruktur utama dan pendukung tersedia dan memiliki cadangan. Selain itu, syarat pusat data berstatus tier 3 adalah harus memiliki cadangan listrik untuk 72 jam. Itulah alasan downtime data center tier 3 sudah jauh lebih kecil.
Namun demikian, pusat data tier 3 belum benar-benar bebas dari kendala. Perbaikan infrastruktur darurat bisa mempengaruhi kinerja komponen-komponennya.
Uptime | 99,982% |
Downtime | 1,6 jam per tahun |
Data center tier 4 adalah pilihan terbaik baik yang menginginkan kualitas. Level data center ini berstatus 2N+1, yang artinya jumlah unit infrastruktur utama dan pendukung digandakan dan ada cadangannya.
Belum lagi, cadangan listrik yang dimiliki pusat data agar masuk dalam tier 4 harus cukup untuk 96 jam.
Bisa dikatakan pusat data level 4 hampir tidak akan pernah mati. Downtime yang terjadi karena pemeliharaan pun hampir tidak akan terasa dampaknya.
Uptime | 99,995% |
Downtime | 0,4 jam atau 26,3 menit per tahun |
Di samping keempat tier di atas, kriteria-kriteria di bawah ini juga bisa membantu mengidentifikasi sebuah pusat data berkualitas, yaitu :
Lokasi dari pusat data merupakan kriteria pertama yang diperlukan sebagai syarat untuk membangun sebuah pusat data. Lokasi dalam hal ini mencakup dari segi geografis maupun non geografis.
Dari segi geografis, lokasi tersebut dapat ditempatkan pada daerah yang aman dari banjir, gempa, tanah longsor, atau dari daerah berbahaya yang lain. Lokasi yang aman dapat melindungi penyimpanan data penting yang disimpan dalam data center.
Dari segi non geografis, lokasi dari pusat data harus terhubung atau terkoneksi dengan jaringan internet yang stabil dan tidak mengalami gangguan. Hal tersebut sangat diperlukan agar tidak mengalami kendala dalam pengaksesan data secara online.
Sebuah data center memiliki kelebihan dalam keandalan mengakses data secara cepat dan efisien. Seperti halnya kecepatan jaringan internet fiber optik. Efisiensi jaringan juga sangat mempengaruhi keandalan dan kinerja dari data center itu sendiri. Keandalan yang dimiliki, akan sangat membantu kebutuhan dari organisasi atau bisnis.
Untuk memberikan layanan terbaik untuk pelanggan, fleksibilitas dari data center sangat diperlukan karena hal tersebut merupakan sebuah daya tarik tersendiri. Contohnya adalah fleksibilitas dalam mengatur skala penggunaan server.
Struktur desain dalam data center yang efisien serta penggunaan perangkat data harus diperhatikan agar fleksibilitas dan skalabilitas dari pusat data tetap terjaga. Perlu diperhatikan disini, untuk selalu melakukan pemeliharaan secara berkala agar pusat data tetap berfungsi dengan baik.
Sebagai fasilitas pendukung kelancaran bisnis, sudah selayaknya data center menyediakan pemrosesan data yang cepat. Apalagi pusat data yang digunakan oleh banyak instansi sekaligus.
Untuk itu perlu memilih pusat data yang sudah menggunakan prosesor multi-core. Prosesor ini mampu meningkatkan kecepatan memproses data. Dengan begitu, akses setiap data dapat dilayani dengan cepat.
Pusat data harus memiliki pasokan listrik yang baik dan beberapa sarana cadangannya. Setidaknya, harus ada penyimpan daya seperti UPS agar listrik tetap menyala sebelum generator bekerja.
Memilih data center yang tepat sangat penting. Jika tidak dilakukan dengan tepat, empat kerugian di bawah ini bisa dialami, yaitu :
Downtime pada data center bisa mengganggu produktivitas. Contohnya, kasus downtime pusat data Microsoft di Eropa pada tahun 2018 yang menimpa Microsoft Azure, layanan cloud computing Microsoft.
Downtime yang berlangsung selama sebelas jam itu membuat banyak pengguna layanan Azure tidak bisa mengakses data dan tools untuk menunjang produktivitas mereka.
Downtime bukan hanya bisa mengurangi produktivitas, tetapi juga berdampak pada reputasi bisnis. Salah satu contohnya adalah downtime Slack, aplikasi virtual workspace yang sudah digunakan oleh 600 ribu perusahaan.
Pada 27 Juni 2018, aplikasi tersebut mengalami downtime sekitar empat jam yang disebabkan oleh peningkatan drastis pada penggunaan jaringan miliknya. Otomatis, komunikasi bisnis yang seharusnya menggunakan Slack terhenti.
Meski ada beberapa alternatif komunikasi yang bisa digunakan, banyak penggunanya tetap tidak puas dengan adanya kendala tersebut.
Transaksi produk atau layanan online saat ini sudah menjadi hal umum. Bisa dibayangkan kalau mendadak data center down sehingga tidak bisa diakses. Konsumen bisa saja batal bertransaksi.
Jika ada kendala terjadi terlalu lama, bukan tidak mungkin konsumen akan beralih ke kompetitor. Oleh karena itu, website dan aplikasi web e-commerce harus didukung oleh pusat data yang minim kendala.
Katakanlah menggunakan data center tier 1 dan mendadak terjadi banjir di pusat data tersebut. Data yang tersimpan bisa saja hilang karena fasilitas penyimpanan yang digunakan rusak akibat bencana alam tersebut.
Bukan hanya dari gangguan fisik, pusat data bisa saja menjadi sasaran serangan siber atau cyber attack.
Apabila server berhasil disusupi ransomware, data bisa dikuasai hacker. Data itu bisa saja tidak pernah kembali atau harus membayarkan uang dalam jumlah besar untuk mendapatkannya lagi.
Cara kerja data center bergantung pada penggunaannya. Ada yang menggunakan server dan fasilitas lainnya untuk berbagai keperluan sekaligus. Namun, ada juga yang hanya memanfaatkannya untuk penyimpanan data.
Pengelolaan data center juga berbeda-beda. Pusat data yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan dikelola secara mandiri.
Data center yang disewakan biasanya menentukan bahwa instansi yang menyewanya bertanggung jawab untuk menyediakan dan mengelola infrastruktur IT-nya. Namun, kelistrikan, keamanan dan pemeliharaan lokasi dikelola oleh pemilik pusat data.
Umumnya, ada tiga komponen utama dalam pusat data, yaitu :
Kumpulan unit yang berfungsi untuk menunjang berbagai aplikasi yang dibutuhkan, seperti RAM dan prosesor yang ada di PC.
Kumpulan sarana penyimpanan data beserta backup-nya. Di PC, tugasnya sama dengan hard disk drive atau solid state drive.
Kumpulan sarana yang menghubungkan data center dengan dunia luar, termasuk switch, router dan firewall.
Di samping ketiga komponen utama tersebut, data center juga harus dilengkapi dengan infrastruktur pendukung yang meliputi :
Uninterruptible power supply (UPS) dan generator untuk memastikan listrik menyala setiap saat.
Pendingin dan penghangat ruangan, ventilasi dan sistem pemadam kebakaran untuk menjaga kondisi di dalam data center.
Kontrol akses seperti sistem keamanan biometrik dan kamera pengawas.
Data center yang baik akan memiliki semua komponen dan infrastruktur di atas. Apalagi jika didukung infrastruktur cadangan sehingga pusat data bisa beroperasi dengan lancar walau ada kendala atau pemeliharaan.
Namun, ada cara lebih mudah untuk mengetahui data center yang baik, yaitu dengan mengecek tier pusat data tersebut.
3 Skill Business Intelligence Yang Harus di Ketahui Menjadi seorang Business Intelligence tidak semudah yang…
Cara Menggunakan Google Webmaster Tools Google menyediakan alat untuk mempermudah pengindeksan situs web Anda yang…
Fungsi dan Pengertian RAM Pada Web Hosting Banyaknya pengusaha dan masyarakat yang beralih ke platform…
Perbedaan Website Statis dan Website Dinamis Untuk memahami website statis dan website dinamis ini tidak…
Seiring berkembangnya teknologi digital dan tumbuhnya e-commerce di Indonesia, banyak bermunculan aplikasi-aplikasi baru. Platform e-commerce…
Pahami Cara Membuat Website E-commerce Pada artikel ini Anda akan mendapatkan penjelasan tentang apa itu…