HOTLINE

(0275) 2974 127

CHAT WA 24/7
0859-60000-390 (Sales)
0852-8969-9009 (Support)
Blog

Pengertian Uptime dan Downtime di Hosting

Pengertian Downtime

Downtime adalah istilah subjektif tetapi pada definisi yang paling dasar yang merupakan kebalikan dari uptime. Selama masa-masa awal internet, downtime biasanya berarti situs tidak dapat memberikan akses kepada pengguna. Saat ini, downtime lebih kompleks dari sekedar itu.

Sebagian besar menganggap situs down saat pengguna tidak dapat menyelesaikan tugas yang ingin mereka lakukan, misalnya situs web eCommerce down jika pengguna tidak dapat melakukan pembayaran dari keranjang belanja. Jenis downtime ini memberatkan bagi sebagian besar pengguna.

Penyebab Downtime

Banyak hal yang dapat menyebabkan downtime. Sebagian besar berada dalam kendali penyedia, seperti maintenance. Berikut beberapa alasan situs mogok karena downtime, yaitu :

1. Kesalahan Manusia (Human Error)

Alasan umum untuk downtime adalah karena kesalahan yang dilakukan oleh seseorang atau seluruh tim. Perubahan kode tunggal dapat mempengaruhi komponen lain. Beberapa di antaranya tidak akan muncul selama uji regresi. Di lain waktu, sistem menjadi offline meski seharusnya tidak terjadi. Mungkin entri DNS memiliki pembaruan yang salah. Hal tersebut adalah beberapa contoh umum saja.

2. Kegagalan Peralatan (Equipment Failure)

Tidak peduli seberapa canggih suatu peralatan, suatu saat akan usang dan rusak setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama. Terkadang, peralatan baru namun rusak bisa gagal tanpa peringatan apapun. Sebagian besar penyedia melakukan perawatan yang tepat dan redundansi hardware untuk mengurangi terjadinya kejadian semacam itu.

3. Serangan Berbahaya (Malicious Attacks)

Banyak perentas menggunakan keahlian untuk mengganggu bisnis kapanpun mereka bisa. Salah satu metode yang paling umum adalah serangan Distributed Denial-of-Service (DDoS). Serangan ini mencoba untuk mengalahkan server web host dengan permintaan berulang.

Ini datang secara bersamaan dari banyak lokasi berbeda dan akan membebani server target serta menurunkannya. Hal itu berarti permintaan yang sah tentunya diblokir dan tidak ada pengguna lain yang dapat mengakses situs.

4. Server Overload

Jika situs di hosting di server bersamaan oleh host, setiap kali ada lonjakan besar ke situs, host mungkin menangguhkan atau mengalihkan situs untuk melindungi situs lain. Demikian pula, jika situs lain di server menghadapi traffic yang padat, hal itu juga dapat mempengaruhi ketersediaan situs. Arus traffic web yang tidak terduga ini dapat merusak situs atau menonaktifkan sebagian besar fungsi situs jika host tidak mampu menanganinya.

Cara Menghindari Downtime

Sebagian besar penyedia web host menggunakan redundansi untuk mencegah kerusakan situs karena downtime. Hal ini memastikan bahwa sistem backup ada saat pemadaman (an outage) terjadi. Mereka juga memiliki penyeimbang beban serta pusat data untuk membantu menjaga konsistensi kinerja.

Berikut ini adalah beberapa cara menghindari downtime, yaitu :

1. Review Service Level Agreements dari Penyedia

Sebelum memilih penyedia perlu tahu apa yang akan didapatkan. Penting untuk mengetahui tentang tingkat dari guaranteed availability yang dapat dimiliki untuk sebuah situs

Mungkin tidak mendapatkan ketersediaan yang dibutuhkan jika vendor hanya dapat menawarkan 90% uptime SLA. Hal itu selalu lebih baik untuk menuntut uptime yang lebih tinggi. Setelah mendaftar, pastikan penyedia memenuhi tujuan tersebut secara konsisten.

2. Gunakan Highly-Scalable Hardware Architectures

Jika perlu proses yang cepat dan produktif saat online perlu memiliki sarana yang diperlukan untuk menskalakan pemrosesan data. Hardware harus memiliki load-balancing. Artinya, node alternatif dapat mulai menangani permintaan lain ketika node utama tidak tersedia apapun alasannya. Hal ini untuk memastikan bahwa sumber daya bisnis dapat memenuhi permintaan pengguna.

Perlu mengingat bahwa downtime memiliki efek negatif bahkan ketika dijadwalkan karena hal itu masih mengganggu produktivitas. Oleh karena itu, menyeimbangkan beban dan menskalakan backend sangat bagus untuk menghindari downtime.

3. Mengadopsi Sistem yang Kuat dan Dinamis

Selalu lebih baik untuk memperhatikan skalabilitas saat mengoptimalkannya. Penting untuk menerapkan konsep solusi load-balancing dalam praktiknya. Hal tersebut berarti perlu memastikan bahwa server dapat menggantikan tempat lain jika server sebelumnya membutuhkan maintenance.

Ini perlu dilakukan dengan cara yang tentunya bisa memastikan tidak adanya kehilangan informasi penting. Perlu mendapatkan sistem yang dapat membantu untuk mempertahankan kecepatan yang konsisten dari alur kerja meskipun satu komponen hilang.

4. Mengembangkan dan Meningkatkan Rencana Recovery atas Suatu Hal Buruk atau Bencana

Mengembangkan rencana jika tidak memiliki apa-apa. Ingat, cakupan bencana dalam konteks ini sangat luas dan luas pula jangkauannya. Tentunya ini melampaui konsep sekedar kondisi cuaca, seperti banjir atau gempa bumi.

Pengertian Uptime

Uptime adalah waktu rata-rata server tetap up dan run. Biasanya terdaftar sebagai persentase, seperti “99.9% uptime”. Uptime adalah ukuran yang luar biasa tentang seberapa baik perusahaan web hosting dalam menjaga server agar tetap aktif dan berjalan. Jika layanan hosting memiliki persentase uptime yang tinggi, yang berarti server tetap aktif dan berjalan, maka situs apapun host dengan mereka harus tetap aktif dan berjalan juga. Dikarenakan halaman web tidak dapat membuat pelanggan down maka uptime sangat penting.

Uptime situs adalah waktu situs atau layanan web tersedia bagi pengguna selama periode tertentu. Diwakili sebagai rasio waktu yang tersedia dibagi dengan total waktu, penyedia menghitung rasio dalam kenaikan bulanan atau tahunan. Meskipun uptime 100% merupakan suatu tujuan utama namun industri menganggap 99,999% uptime sebagai high availability.

Setiap situs mengalami downtime yang direncanakan atau sebaliknya dan setiap penyedia situs ingin menjaga uptime setinggi mungkin. Memang demikianlah yang terjadi dengan sifat kompetitif internet. Mengetahui bahwa beberapa downtime diperkirakan terjadi, sebagian besar brand mencoba memenuhi tujuan uptime 99,999%. Mungkin melihat sasaran ini disebut sebagai “five-nines availability” atau “high availability”.

Perbedaan Uptime dengan Downtime

Setelah mengetahui apa itu pengertian uptime dan downtime di atas, sekarang juga harus mengetahui apa yang menjadi perbedaannya.

Uptime atau waktu aktif dapat merujuk pada waktu server terakhir muncul, berapa lama server telah dinyalakan, atau dalam kasus yang terbilang kurang umum yaitu seperti seberapa banyak (%) waktu telah habis. Sedangkan downtime atau waktu henti pada dasarnya lebih sering merujuk pada (%) dari waktu layanan telah dimatikan.

Sebagai contoh misalnya, tidak lebih dari 2 jam per bulan yang tercantum dalam perjanjian tingkat layanan atau yang lebih dikenal dengan Services Level Agreement (SLA). Ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan layanan akan down (turun) untuk maintenance (pemeliharaan), meskipun baru-baru ini biasanya disebut planned burnout (pemadaman) terencana maupun tidak terencana.

Arti lainnya agar lebih memahaminya yaitu uptime adalah jumlah waktu layanan yang tersisa secara operasional. Sedangkan downtime adalah jumlah waktu yang dimiliki suatu layanan yang mengalami gangguan operasional yang menjadikannya fungsionalitas utamanya unavailable (tidak tersedia).

Selain itu, perlu diketahui bahwa merupakan hal yang umum untuk suatu layanan untuk menargetkan availability (ketersediaan) 99,99% atau lebih tinggi sebagai berikut :

Uptime Downtime (bulanan) Dikenal sebagai
99% 7,3 jam Two nines (dua sembilan)
99,9% 43,8 menit Three nines (tiga sembilan)
99,99% 4,38 menit Four nines (empat sembilan)
99,999% 26,28 detik Five nines (lima sembilan)
99,9999% 2,628 detik Six nines (enam sembilan)

Di bawah ini adalah table perbedaan antara uptime dan downtime yang perlu diketahui :

Uptime Downtime
Persentase waktu suatu layanan tetap beroperasi selama sebulan atau setahun. Jumlah waktu layanan mengalami gangguan fungsi utama dalam satu bulan atau tahun.

 

Jadilah yang pertama untuk memberi nilai
Risa Y

Recent Posts

Ingin Membuat Website E-Commerce Yang Menarik? Perhatikan Tips Ini

Design website toko online tidak hanya soal estetika, tapi juga UX yang bagus secara keseluruhan.…

11 hours ago

Apa Saja Jenis Proyek yang Bisa Dikerjakan UX Designer? Yuk Simak Di Sini

Sebelum memulai karir Anda sebagai desainer UX, Anda harus membuat portofolio yang mencakup semua pengalaman…

1 day ago

Aktifkan Keep-Alive Untuk Meningkatkan Performa Website Anda

Keep-Alive memungkinkan browser pengunjung Anda mendownload semua konten (JavaScript, CSS, gambar, video, dll) melalui koneksi…

2 days ago

Baca Ini Untuk Pelajari Apa Saja Job Description Web Developer

Job description seorang web developer adalah membuat situs web menggunakan berbagai bahasa pemrograman. Tanggung jawab…

3 days ago

Rekomendasi Tools A/B Testing untuk Meningkatkan Conversion Rate

Secara default, WordPress tidak mendukung A/B testing. Tapi jangan khawatir. Di bawah ini, kami telah…

4 days ago

Ingin Menjadi UX Designer? Coba Pelajari Apa Saja Tugasnya!

UX design merupakan singkatan dari User Experience design atau desain pengalaman pengguna. Istilah ini sering…

6 days ago