Mengenal Waralaba Sebagai Salah Satu Model Bisnis
Memulai sebuah bisnis tentu bisa menjadi hal yang membingungkan. Selain jenis usaha yang akan dijalankan, pemilihan model bisnis juga perlu diperhatikan, apakah berwirausaha sejak awal, kerjasama dengan saudara/teman atau menggunakan model bisnis lain. Salah satu model bisnis yang bisa dipilih adalah waralaba. Di antara banyak model bisnis yang ada, waralaba adalah salah satu yang sesuai dengan kebutuhan Anda karena dapat memberikan operasi yang cepat dan berkelanjutan.
Pengertian Waralaba
Secara Umum
Waralaba pada umumnya merupakan suatu hubungan kerja yang terdiri dari kontrak atau perjanjian antara pemberi waralaba atau franchisor dengan penerima manfaat atau franchisor. Proses bisnis franchise biasanya berbentuk bisnis devisa dengan perjanjian atau kontrak untuk dapat menjalankan bisnis tersebut dalam jangka waktu tertentu. Suatu bisnis waralaba atau franchise pada umumnya wajib menjual produk atau jasanya sesuai dengan ketentuan franchisor. Setelah itu, menjadi tugas pewaralaba untuk mengembangkan usaha waralaba yang pengelolaannya diarahkan langsung oleh penerima manfaat.
Menurut Para Ahli
- Asosiasi Franchise Indonesia menyatakan waralaba adalah suatu sistem penyerahan barang atau jasa kepada pelanggan melalui pemberi waralaba yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk mengoperasikan suatu nama, merek, sistem, proses dan prosedur untuk jangka waktu yang telah ditentukan.
- Charles L. Vaughn memandang waralaba sebagai praktik pemasaran distribusi di mana perusahaan memberikan hak bisnis di lokasi tertentu kepada individu atau bisnis yang relatif kecil.
- Douglas J. Queen menjelaskan bahwa waralaba merupakan model pemasaran bisnis yang berkembang.
- Dominique Voilemont mendefinisikan waralaba sebagai suatu metode kerjasama komersial yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih, dimana satu pihak bertindak sebagai pemberi lisensi dan pihak lainnya sebagai penerima manfaat. Di Indonesia, pengertian waralaba juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007.
Hak khusus seorang pelaku usaha atau organisasi atas suatu sistem usaha yang menggunakan ciri dan kegiatan khusus untuk memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti dapat dioperasikan atau digunakan oleh para pihak berdasarkan perjanjian waralaba.
Pemberi dan Penerima Waralaba
Waralaba adalah hubungan bisnis atau komersial yang terjalin antara pemilik bisnis dan pihak kedua melalui lisensi untuk menggunakan suatu merek, produk, dan sistem operasi untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian, ada dua pihak yang akan terlibat dalam kasus ini, antara lain sebagai berikut:
-
Pemberi Waralaba (Franchisor)
Biasanya berbentuk badan usaha atau bisa juga perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk kemudian menggunakan dan memanfaatkan hak kekayaan intelektual atas penemuan atau fitur unik bisnis, atau bisnis yang dimilikinya. Dalam hal ini waralaba dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan.
-
Penerima Waralaba (Franchise)
Ini dapat berupa organisasi bisnis atau individu yang mempunyai hak untuk menggunakan dan menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan yang bersifat unik dari waralaba yang telah disetujui sebelumnya. Dalam hal ini franchisor biasanya membayar atau menandatangani kontrak sesuai dengan yang telah disepakati.
Sejarah Waralaba
Awal mula kemunculan waralabaini sekitar tahun 1950 diterbitkan oleh seorang bernama Isaac Singer. Sebagai produsen mesin jahit di Singer, saat itu ia ingin dapat meningkatkan penjualan mesin jahit yang diproduksinya. Namun usaha Isaac tetap gagal, tetapi ia berjasa menjadi orang pertama yang memulai bisnis ini. Untuk bisnisnya, Isaac menggunakan cara yang nantinya akan ditiru oleh banyak pengusaha lainnya. Salah satu pengusaha pertama yang mengikuti jejak Isaac adalah industri otomotif Amerika General Motors Industry pada tahun 1989. Disusul oleh John S Pemberton, pendiri Coca Cola.
Baru pada saat itulah model bisnis waralaba mulai menarik perusahaan dan merek besar lainnya ke Amerika Serikat, termasuk perusahaan pengolah makanan cepat saji seperti A&W dan McDonalds, antara lain. Perlu dicatat bahwa ide awal waralaba adalah untuk memungkinkan mitra bisnis menggunakan nama yang sama, menu yang sama, logo yang sama, dan desain yang sama.
Selain itu, ide tersebut kemudian akan ditukarkan dengan jumlah pembayaran yang telah ditentukan dan akan berlaku efektif dalam jangka waktu yang disepakati. Bahkan saat ini, metode waralaba terus berkembang dan membaik. Pada tahun 1950-an saja, waralaba menyumbang 35% dari seluruh penjualan ritel di Amerika Serikat.
Perkembangan Waralaba di Indonesia
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di Amerika Serikat, waralaba tersebut pun meraih popularitas di Indonesia pada tahun yang sama. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dealer kendaraan bermotor melalui perjanjian lisensi. Kemudian pada tahun 1970an, waralaba mulai berkembang menjadi pewaralaba dengan kemampuan memproduksi hak produknya sendiri.
Inilah sebabnya mengapa waralaba begitu istimewa bahkan diatur dengan undang-undang, tidak hanya satu tapi beberapa peraturan pemerintah dengan keputusan menteri yang mengatur tentang hak komersial waralaba di Indonesia, termasuk Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 tentang waralaba. Selain diatur dalam undang-undang, pesatnya pertumbuhan waralaba menyebabkan munculnya asosiasi-asosiasi waralaba yang beberapa diantaranya dikenal dengan nama APWINDO atau Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia, kemudian WALI atau Waralaba dan License Indonesia dan AFI atau Asosiasi Franchise Indonesia dan lain-lain.
Jenis-jenis Waralaba
-
Berdasarkan Asal
- Waralaba luar negeri merupakan sistem waralaba yang berasal dari luar negeri dan dikenal luas di banyak negara di dunia serta mempunyai sistem yang jelas. Beberapa waralaba asal luar negeri dianggap lebih laku, misalnya waralaba luar negeri seperti Pizza Hut, McDonalds, Burger King, Starbucks hingga KFC.
- Waralaba Dalam Negeri bersumber dari dalam negeri dan seringkali merupakan investasi yang cukup menguntungkan. Waralaba jenis ini sangat cocok bagi pengusaha yang tidak memiliki pengetahuan dan ide yang cukup. Skala bisnis waralaba di tanah air juga relatif kecil dan terjangkau, mulai dari makanan dan minuman hingga pakaian dan sepatu.
-
Berdasarkan Kriteria
- Waralaba jasa, yakni menyediakan produk sebagai jasa.
- Produk yang merupakan jenis waralaba yang menawarkan produk makanan, seperti McDonalds dan lain-lain.
- Joint venture franchising, yaitu jenis waralaba yang menggabungkan jasa dan produk.
Keuntungan dan Kekurangan Waralaba
Seperti halnya bisnis apa pun, waralaba menguntungkan setiap pihak yang menjalankannya, baik pemilik maupun pembeli hak bisnis waralaba. Namun, industri waralaba juga memiliki keterbatasan sebagai model bisnis.
-
Keuntungan Waralaba
1. Perkembangan bisnis relatif cepat
Bisnis waralaba adalah investasi yang baik untuk dilakukan jika seseorang ingin mengejar karir wirausaha. Saat memilih bisnis waralaba sebagai startup, Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti strategi bisnis. Memang dari segi perencanaan, sistem operasi, dan strategi bisnis, hal ini ditentukan dengan jelas oleh pemilik bisnis atau franchisor. Dengan demikian, pewaralaba hanya tinggal menjalankan sistem operasi dan prosedur yang tercantum dalam perjanjian kerja sama bisnis waralaba.
Oleh karena itu, kemungkinan besar kegiatan ini akan berkembang relatif cepat. Keuntungan lainnya adalah pewaralaba tidak perlu khawatir dalam menyiapkan produk yang memberikan nilai tambah bagi pewaralaba. Pemilik bisnis waralaba seringkali akan memenuhi kebutuhan bisnisnya. Biasanya, pewaralaba hanya diharuskan menyediakan lokasi untuk menjalankan bisnis waralaba yang telah disepakati.
2. Minim branding
Keuntungan lain yang bisa diperoleh sebagai franchisee adalah minimnya promosi atau branding. Biasanya bisnis waralaba sudah mempunyai brand image yang kuat sehingga mudah dikenali dan sering menjadi pilihan utama konsumen. Dengan kebutuhan promosi yang minimal melalui kesadaran merek yang kuat, pewaralaba akan mendapatkan keuntungan dari cara menjalankan bisnis waralaba yang lebih mudah dan relatif cepat.
3. Memiliki rekan bisnis profesional
Ketika seseorang memperoleh hak untuk menjalankan waralaba, maka pemilik waralaba secara otomatis menjadi mitra bisnis. Memiliki mitra bisnis yang profesional dan berpengalaman merupakan salah satu keuntungan yang bisa Anda peroleh dari bisnis waralaba. Dengan adanya franchisor sebagai kolaborator, kebutuhan fasilitas atau sistem operasi untuk pengembangan usaha biasanya sudah disediakan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, franchisee sebaiknya hanya fokus menjalankan bisnisnya untuk mendapatkan keuntungan dan menjaga bisnis tetap stabil dan kuat. Dalam menjalankan bisnis waralaba, franchisee juga bisa mulai memperhatikan aspek pengetahuannya dalam menjalankan bisnis untuk pengembangan pribadinya sebagai wirausaha di masa depan.
4. Sebagai tempat pembelajaran bisnis
Siapa pun bisa menjadikan bisnis waralaba sebagai wadah pembelajaran bisnis untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan calon wirausaha. Dengan menjalankan bisnis waralaba sebagai start-up, seseorang dapat mempelajari berbagai aspek bisnis seperti periklanan, pemasaran, pengaturan sistem operasi, pengelolaan uang tunai dan masih banyak lagi aspek lainnya. Ilmu yang diperoleh dalam menjalankan bisnis waralaba kemudian dapat diterapkan dan/atau dimodifikasi untuk pengembangan bisnis lebih lanjut dan kemungkinan pengembangan mandiri di masa depan.
-
Kekurangan Waralaba
1. Terpaku pada tren
Untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang relatif singkat, bisnis waralaba seringkali mengadopsi tren yang terus berubah. Hal ini terlihat dari bermunculannya berbagai jenis bisnis waralaba makanan, seperti ayam geprek, Thai tea, boba tea, dan masih banyak lagi.
Tidak dapat disangkal bahwa jika trennya berjalan dengan baik, keuntungannya seringkali besar. Namun jika tren tersebut mulai menurun dan berubah menjadi tren baru, maka akan menghambat perkembangan usaha. Hambatan tersebut bahkan dapat mengakibatkan hilangnya nilai yang tentunya tidak sedikit.
2. Kurangnya kendali
Sebagai pemegang hak waralaba, penerima waralaba hanya berwenang melakukan tugas pengelolaan yang telah disepakati dalam kontrak kerja sama. Tidak jarang harus mengikuti strategi pemasaran yang dicanangkan oleh franchisor untuk memperkuat brand franchise.
Kedengarannya mudah, namun hal ini juga menunjukkan bahwa franchisee tidak mempunyai kendali penuh terhadap arah usaha yang dijalaninya. Ini merupakan kelemahan karena tidak semua strategi pemasaran bisa berhasil di mana pun. Kalaupun pewaralaba mengetahui hal ini, akan sulit untuk meminta penyesuaian karena akan mempengaruhi reputasi merek pewaralaba itu sendiri.
3. Membutuhkan modal yang besar
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk menjalankan bisnis waralaba, penerima waralaba harus membeli hak pengelolaan waralaba dan memasarkan waralaba tersebut. Biasanya membeli hak pengelolaan merek pada bisnis franchise seringkali membutuhkan modal yang cukup besar. Jadi, jika seseorang benar-benar tertarik untuk menjalankan bisnis franchise sebagai franchisee, maka ia harus memahami bahwa ia harus memiliki rencana keuangan yang matang.