Penyebab Website Lokal Sulit Diakses oleh Pelanggan Telkom (Indihome & Astinet)
Permasalahan koneksi internet Indihome milik PT Telkom Indonesia sudah lama menjadi sorotan publik, khususnya di kalangan pelanggan. Gangguan yang sering muncul antara lain koneksi internet yang tiba-tiba terputus hingga masalah terbaru berupa tidak bisa diaksesnya sejumlah situs lokal.
Hal ini dipicu oleh kualitas koneksi dari ISP (Internet Service Provider) Telkom, seperti Indihome dan Astinet, yang kerap melambat bahkan terkadang tidak dapat digunakan sama sekali. Penyebabnya pun beragam, mulai dari keluhan jaringan yang lemot saat proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) hingga meningkatnya kebutuhan internet saat masa work from home pada tahun 2020.
Gangguan layanan ini jelas merugikan pelanggan, namun sayangnya PT Telkom Indonesia dinilai belum memberikan penanganan yang memadai terhadap permasalahan tersebut.
Penyebab ISP Indihome Menjadi Lambat atau Sulit Diakses
Gangguan jaringan pada layanan Indihome bukanlah hal baru. Kondisi ini bahkan sudah sering dialami pelanggan, namun hingga kini belum terlihat adanya langkah perbaikan yang berarti dari pihak penyedia layanan. Tidak hanya sulitnya mengakses berbagai website, pelanggan juga sering ditinggalkan tanpa kejelasan mengenai penyebab gangguan tersebut. Situasi ini diperparah dengan ketiadaan solusi konkret dari Indihome. Alhasil, pelanggan dipaksa untuk berpikir kritis serta mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya menyebabkan koneksi mereka melambat atau bahkan terputus sama sekali. Untuk memahami hal ini lebih dalam, berikut adalah sejumlah faktor utama yang kerap menjadi penyebab lambatnya akses internet Indihome.
1. Penerapan Fair Usage Policy (FUP) oleh Indihome
Walaupun pelanggan sudah memilih paket internet sesuai kebutuhan mereka, kenyataannya ketika pemakaian sudah mencapai batas tertentu, kecepatan koneksi akan otomatis diturunkan (throttling). Hal ini terjadi karena Telkom sebagai penyedia layanan telah menerapkan kebijakan Fair Usage Policy (FUP) atau pembatasan kuota berdasarkan paket yang dipilih pengguna.
Pihak Telkom, melalui VP Corporate Communication Arif Prabowo, menyatakan bahwa penerapan FUP ini bertujuan menjaga kualitas layanan agar tetap stabil serta memberikan kenyamanan bagi seluruh pengguna Indihome. Arif menegaskan bahwa kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi pengguna biasa (normal user) agar tidak terganggu oleh pengguna dengan konsumsi berlebihan (heavy user).
Namun, penjelasan resmi ini justru menimbulkan tanda tanya di kalangan pelanggan. Jika benar kebijakan FUP adalah solusi terbaik, mengapa penyedia layanan internet besar lainnya di Indonesia seperti FirstMedia atau CBN tidak memberlakukan aturan serupa? Bahkan ISP luar negeri pun diketahui jarang, atau bahkan tidak menggunakan kebijakan seperti FUP. Sebaliknya, di banyak negara, penyedia layanan internet justru berlomba-lomba meningkatkan mutu layanan, mulai dari penyediaan akses gratis di area publik hingga meningkatkan kecepatan internet yang bisa mencapai lebih dari 100 Mbps demi menunjang kebutuhan bisnis maupun perkantoran. Sementara itu, di Indonesia, PT Telkom Indonesia justru menerapkan kebijakan FUP yang dinilai membingungkan dan kurang efisien.
2. Virus atau Malware pada Jaringan Indihome
Masalah lain yang banyak dikeluhkan pelanggan adalah munculnya iklan pop-up yang tidak pernah mereka minta. Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa jaringan Indihome terinfeksi virus atau malware. Jika benar, hal ini menjadi persoalan serius karena berarti penyedia layanan internet justru ikut berperan dalam menyebarkan malware kepada pelanggannya.
Kehadiran virus atau malware ini tentu berdampak langsung pada kualitas jaringan. Bandwidth yang seharusnya digunakan pelanggan untuk aktivitas normal justru tersedot oleh aktivitas berbahaya dari malware tersebut. Akibatnya, kecepatan internet menurun signifikan dan pengalaman pengguna dalam mengakses layanan menjadi terganggu.
3. Koneksi OpenIXP dan IIX yang Sudah Overload
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap lambatnya layanan Indihome adalah kondisi koneksi OpenIXP dan IIX (Indonesia Internet Exchange) yang sudah terlalu penuh atau overload. Padahal, Internet Exchange memiliki fungsi penting, yaitu mengurangi latency saat data dikirimkan. Dengan adanya IX, proses routing data tidak perlu melewati terlalu banyak jalur (hops), sehingga idealnya dapat mempercepat interkoneksi antarjaringan.
Sebagai informasi, hampir seluruh ISP maupun penyedia konten di Indonesia terhubung ke Internet Exchange dengan tujuan serupa, yakni untuk mempercepat koneksi sekaligus menekan biaya jaringan. Dalam praktiknya, setiap ISP yang terhubung ke Internet Exchange akan menyewa port jaringan dengan kapasitas yang beragam, mulai dari 1 Gbps hingga lebih dari 100 Gbps.
Masalah muncul ketika kapasitas port yang digunakan tidak sebanding dengan lonjakan kebutuhan bandwidth. Saat pemakaian mendekati batas maksimum, jaringan akan mengalami bottleneck atau bahkan packet loss. Dalam kondisi seperti ini, langkah logis yang seharusnya dilakukan penyedia layanan adalah meningkatkan atau meng-upgrade kapasitas port mereka. Sayangnya, jika hal ini tidak segera dilakukan, pelangganlah yang akhirnya harus menanggung akibat berupa lambatnya koneksi internet hingga kegagalan akses terhadap website tertentu.
Singkatnya, sejumlah faktor mulai dari kebijakan FUP, potensi penyebaran virus di jaringan, hingga kapasitas Internet Exchange yang overload menjadi penyebab utama mengapa Indihome kerap kali bermasalah. Namun yang paling disayangkan adalah kurangnya penanganan serius dari pihak Telkom Indonesia terhadap keluhan pelanggan, sehingga permasalahan ini terus berulang dari waktu ke waktu.
Memahami Pemakaian Bandwidth Indihome sebagai ISP
Sebagai penyedia telekomunikasi terbesar di Indonesia yang menguasai lebih dari 70% pasar internet nasional, PT Telkom Indonesia sayangnya tidak diimbangi dengan pengelolaan infrastruktur yang memadai. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Telkom hanya memiliki port sebesar 40 Gbps di OpenIXP serta dua port masing-masing 10 Gbps di IIX. Dengan kapasitas terbatas ini, wajar apabila masalah teknis terus bermunculan dan berdampak pada kualitas layanan yang dirasakan pelanggan. Berikut gambaran pemakaian bandwidth Indihome sebagai salah satu ISP terbesar di Indonesia.
Port Telkom di OpenIXP (40 Gbps)
Jika merujuk pada data grafik MRTG (Monitoring Router Traffic Grapher) dari Internet Exchange OpenIXP, terlihat jelas bahwa penggunaan port Telkom berkapasitas 40 Gbps selalu penuh sepanjang hari. Hanya pada rentang waktu antara pukul 10 malam hingga 6 pagi kapasitas tersebut tidak sepenuhnya terpakai. Kondisi ini menjadi indikasi bahwa lonjakan trafik internet terjadi secara konsisten di jam produktif, sehingga pelanggan sering mengalami kelambatan akses.
Port #1 Telkom di IIX (10 Gbps)
Data dari grafik MRTG di IIX juga memperlihatkan bahwa port pertama Telkom yang berkapasitas 10 Gbps mencapai titik maksimal sepanjang hari, khususnya pada jam sibuk (peak hours) antara pukul 8 pagi hingga 10 malam. Hal ini menandakan bahwa kapasitas yang tersedia tidak lagi mampu menampung kebutuhan trafik pelanggan.
Port #2 Telkom di IIX (10 Gbps – Backup)
Sementara itu, grafik MRTG untuk port kedua Telkom di IIX yang difungsikan sebagai link backup justru menunjukkan pemakaian yang sangat rendah. Data ini mengindikasikan bahwa port backup jarang digunakan, meski tidak ada penjelasan resmi dari Telkom terkait alasan mengapa jalur alternatif tersebut tidak dioptimalkan. Padahal, jika port ini benar-benar difungsikan, setidaknya bisa membantu mengurangi kepadatan trafik di port utama.
Analisis Penyebab Lemotnya Koneksi
Pengambilan data grafik ini didorong oleh banyaknya keluhan pelanggan yang mengeluhkan server lambat hingga overload, bahkan sempat dikaitkan dengan pelaksanaan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di DKI Jakarta sebagai pemicu utamanya. Namun, jika ditinjau kembali melalui data MRTG, jelas terlihat bahwa masalah pokok ada pada kapasitas port Telkom yang sudah penuh baik di OpenIXP maupun IIX.
Dengan keterbatasan kapasitas inilah, Telkom kemudian memberlakukan kebijakan Fair Usage Policy (FUP) khusus untuk pelanggan Indihome. Tujuan utamanya adalah menahan lonjakan penggunaan bandwidth agar port tidak semakin terbebani. Tanpa adanya throttling melalui FUP, penggunaan port akan meningkat lebih tinggi lagi dan memperparah kondisi overload.
Kesimpulan
Permasalahan utama lambatnya koneksi Indihome tidak semata-mata disebabkan oleh tingginya jumlah pengguna, melainkan karena keterbatasan kapasitas port Telkom di OpenIXP dan IIX yang sudah penuh dan tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur. Kebijakan FUP yang diterapkan hanyalah solusi sementara untuk menekan lonjakan trafik, namun tidak menyelesaikan akar masalah. Sebagai pemain dominan yang menguasai pasar internet nasional, Telkom seharusnya berinvestasi lebih besar dalam menyediakan port dengan kapasitas ratusan Gbps agar mampu memberikan kualitas layanan yang layak, stabil, dan sebanding dengan kebutuhan pelanggan yang terus meningkat.