7 Perbedaan Debian dan Ubuntu yang Harus Kamu Tahu
Selain Ubuntu, Debian juga menjadi pilihan para profesional IT, terutama yang bekerja di bagian server. Ubuntu dan Debian adalah dua sistem operasi berbasis kernel Linux yang cukup populer. Namun, kedua distro ini memiliki perbedaan pada pengalaman dan fungsionalitasnya dalam setiap aspek.
Memilih salah satu di antara kedua distro tersebut adalah hal yang sulit. Debian secara umum dianggap sangat sesuai untuk pengguna berpengalaman, sedangkan Ubuntu ditujukan untuk pemula.
Cara terbaik untuk memahami perbedaan dan persamaan keduanya adalah dengan fokus pada kriteria tertentu. Adapun beberapa kriteria yang dapat disoroti adalah sebagai berikut.
Perbedaan Debian dan Ubuntu
Siklus Rilis
Siklus Rilis Debian: Stable, Testing, dan Unstable
Versi stabel dari Debian adalah versi utama dan terkini yang mencakup dukungan 5 tahun, yang terdiri dari 3 tahun dukungan dari Debian Security Team dan 2 tahun dukungan dari Debian LTS Team.
Meski Debian tidak memiliki siklus rilis yang tetap, namun versi stable biasanya dirilis setiap dua tahun. Siklus berikutnya adalah versi testing, yang mana versi ini adalah cabang stable berikutnya dari status pengembangan Debian.
Versi testing mencakup fitur-fitur terbaru dan perangkat lunak yang diperbarui. Versi ini cocok untuk pengguna yang ingin menguji update terkini. Namun, versi testing tidak memberikan dukungan keamanan permanen.
Siklus terakhir dari Debian adalah versi unstable. Versi ini memiliki package dan fitur software terbaru yang belum sepenuhnya diuji karena termasuk pengembangan aktif dan berpontensi mengalami kerusakan.
Siklus Rilis Ubuntu: Long-Term Support (LTS) dan reguler
Versi Long-term Support (LTS) pada Ubuntu dirilis setiap dua tahun dan hadir dengan dukungan selama lima tahun. Setelah itu, pengguna dapat berlangganan Extend Security Maintenance (ESM), yang memberikan tambahan lima tahun pemeliharaan keamanan pada sistem operasi dasar Ubuntu.
Sedangkan versi reguler Ubuntu dirilis setiap enam bulan dan mencakup dukungan selama sembilan bulan. Versi ini memiliki package software, fitur, dan aplikasi terbaru.
Stabilitas
Debian adalah distro Linux yang lebih stabil dibandingkan Ubuntu. Debian akan diperbarui setelah fitur baru sudah diuji dan disetujui oleh Debian’s Development Team. Oleh karena itu, kemungkinan behavior dan bug yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
Inilah fondasi yang menjadikan Debian sebagai sistem operasi pilihan untuk membangun server.
Desktop Environment
Debian tidak memiliki desktop environmen default sehingga pada saat instalasi kamu dapat memilih interface desktop sesuai keinginan. Pilihan tersebut berkisar dari lightweight minimalist window managers hingga full-featured desktop environments.
Manfaat utamanya adalah desktop environment Debian lebih ringan dibandingkan Ubuntu. Ini merupakan aspek penting sebagai bahan pertimbangan ketika melakukan setting distro pada perangkat keras lama.
Sementara itu, Ubuntu menggunakan interface out-of-the-box yang dapat diinstal secara default. Versi desktop Ubuntu dianggap sangat intuitif dan ramah pengguna.
Support Platform
Debian dapat mendukung berbagai platform termasuk arsitektur 32/64 bit, 64 bit ARM, ARM EABI, ARMv7, 64 bit little endian powerpc, 64 little endian MIPS, dan IBM system z. Sedangkan Ubuntu tidak memiliki dukungan 32 bit. Namun, Ubuntu tersedia pada platform 64 bit X86 dan ARM.
Development
Debian dan Ubuntu keduanya merupakan sistem operasi open source. Perbedaan utama antara keduanya adalah bagaimana kedua distro ini dikembangkan.
Debian dikembangkan oleh proyek berbasis komunitas tanpa kendali pusat. Artinya, Debian hanya dikelola oleh anggota komunitas dan dikembangkan oleh programmer di seluruh dunia.
Sedangkan, Ubuntu dikembangkan dan dikelola oleh Canonical, yang juga memiliki komunitas pengguna kuat yang berkontribusi terhadap pengembangannya. Karena Ubuntu dikendalikan oleh sebuah perusahaan, Ubuntu mempunyai keterbatasan, seperti siklus rilis yang ditentukan dan dukungan resmi untuk pelanggan perusahaan.
Software, Drives, dan Firmware
Secara default, Debian tidak mempunyai proprietary software dalam repositorinya dan berfokus untuk menjaga FOSS gratis dan open source. Kebijakan ini juga berlaku untuk kernelnya yang tidak memiliki proprietary drivers dan firmware.
Meskipun sebagian besar pengguna Debian lebih memilih untuk menjaga sistem mereka sepenuhnya open source, namun kamu dapat menginstal repository tambahan pada Debian secara manual. Debian tidak menyediakan closed source binary firmware sehingga pengguna harus menambahkan proprietary drivers secara manual.
Sementara itu, Ubuntu berfokus pada fungsionalitas yang menawarkan open source dan proprietary software. Ubuntu menyediakan semua yang kamu butuhkan untuk pengalaman out-of-the-box bagi pengguna yang lebih memilih quick setup.
Hal tersebut dapat terjadi karena Ubuntu mendukung repository dan drive yang besar. Ubuntu memungkinkan kamu menambahkan repositori repository dan menginstal third party software dengan mudah menggunakan PPA (Personal Package Archives).
Instalasi
Debian sering dipilih oleh pengguna berpengalaman yang lebih menyukai kontrol selama proses instalasi. Sistem operasi yang menggunakan Installer Debian berbasis nCurses memerlukan input dan konfigurasi manual dari pengguna. Berbeda dengan Ubuntu, distro sangat ramah bagi pemula.
Ubuntu menggunakan installer Ubiquity dengan modern graphical user interface dan memerlukan sedikit atau bahkan tanpa konfigurasi. Ubuntu tidak hanya cepat dan mudah diatur, tetapi semua perangkat lunak yang diperlukan sudah diinstal sebelumnya dalam konfigurasi default Ubuntu.
Ubuntu juga memiliki opsi dual-boot yang memungkinkan kamu mendeteksi dan menginstal sistem operasi lain pada disk.
Nah, itulah beberapa perbedaan Debian dan Ubuntu yang harus kamu tahu. Semoga bermanfaat!