Mengenal Vulnerability Keamanan Dari Penyebab Hingga Jenisnya
Seperti yang kita ketahui, keamanan sistem atau aplikasi merupakan aspek yang paling penting. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan berbagai kemungkinan cyber crime yang dapat mengancam keamanan sistem kita. Celah-celah dalam keamanan inilah yang disebut sebagai vulnerability. Vulnerability adalah tindakan penyusupan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan merusak sistem atau aplikasi.
Lalu, apa saja yang menjadi penyebab terjadinya vulnerability ini? Jenis-jenis kerentanan seperti apa yang ada pada sistem atau aplikasi? Dan bagaimana cara kita dapat mencegah terjadinya vulnerability ini? Mari kita simak bersama dalam artikel berikut ini!
Pengertian Vulnerability
Vulnerability adalah suatu kelemahan dalam sistem yang dapat dimanfaatkan oleh para penjahat siber untuk mendapatkan akses tidak sah ke dalam komputer. Ketika vulnerability ini dieksploitasi, serangan siber dapat menyisipkan kode berbahaya, memasang malware, dan bahkan mencuri data penting yang sensitif.
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengeksploitasi vulnerability, seperti injeksi SQL, buffer overflow, skrip lintas situs (XSS), dan penggunaan toolkit eksploitasi open-source yang secara otomatis mencari vulnerability dan kelemahan keamanan yang ada dalam aplikasi web.
Banyak vulnerability mempengaruhi perangkat lunak populer, sehingga banyak pengguna yang bergantung pada perangkat tersebut menghadapi risiko tinggi terhadap pelanggaran data atau serangan rantai pasokan. Eksploitasi vulnerability yang belum diketahui sebelumnya atau zero-day dicatat oleh MITRE dalam Common Vulnerability Exposure (CVE), yang menyediakan identifikasi standar. Ini memungkinkan komunitas keamanan siber untuk lebih efisien dalam mendeteksi, mengelola, dan merespons kelemahan yang telah diketahui.
Oleh karena itu, kesadaran akan vulnerability serta penerapan tindakan pencegahan yang tepat sangat penting dalam menjaga keamanan sistem dan melindungi data sensitif dari ancaman siber.
Penyebab Vulnerability
Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan vulnerability dalam keamanan sistem, antara lain:
Kompleksitas
Kompleksitas dalam konteks keamanan sistem dapat menjadi tantangan yang cukup besar. Di satu sisi, sistem yang rumit biasanya memiliki lebih banyak elemen dan interaksi, yang akan meningkatkan kemungkinan adanya cacat atau kesalahan konfigurasi.
Mengelola, memahami, dan memperbarui berbagai komponen dalam sistem yang kompleks bukanlah tugas yang mudah. Hal ini dapat menciptakan ruang bagi potensi masalah yang mungkin terabaikan.
Di sisi lain, tingkat kompleksitas yang tinggi juga memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang tidak berwenang untuk memanfaatkan kelemahan. Semakin rumit suatu sistem, semakin sulit untuk menjaga semua aspeknya tetap aman dan terkendali. Para penyerang dapat mencari celah dalam kerumitan sistem untuk mendapatkan akses tidak sah atau mengeksploitasi cacat keamanan yang mungkin diabaikan.
Oleh karena itu, pengelolaan kompleksitas menjadi hal yang sangat penting dalam mengurangi risiko keamanan. Ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang seluruh komponen sistem, penerapan praktik keamanan terbaik, serta pemantauan dan pembaruan yang berkelanjutan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kerentanan yang mungkin muncul seiring berjalannya waktu.
Familiarity
Familiarity terhadap elemen-elemen umum seperti kode, perangkat lunak, sistem operasi, dan perangkat keras dapat berpotensi menimbulkan risiko dalam konteks keamanan. Penggunaan elemen-elemen ini yang sering ditemui di berbagai lingkungan membuat kemungkinan penyerang memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kerentanan yang ada semakin besar.
Sebagai ilustrasi, dengan tingginya popularitas dan ketersediaan sumber daya terbuka, penyerang dapat dengan mudah mengakses informasi tentang celah keamanan yang dikenal luas di berbagai sistem. Familiarity terhadap elemen-elemen standar juga memberikan keuntungan bagi penyerang dalam merancang serangan yang lebih canggih. Mereka cenderung menargetkan kerentanan yang umum diketahui, yang sering kali tidak diperbarui atau dilupakan oleh para pengguna.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan dan pembaruan secara berkala terhadap elemen-elemen umum tersebut. Selain itu, meningkatkan kesadaran akan potensi risiko yang terkait juga sangat krusial dalam menjaga keamanan sistem secara efektif. Dengan memahami kerentanan yang umum terjadi dan menerapkan praktik keamanan yang ketat, kita dapat mencegah potensi eksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak berwenang.
Konektivitas
Dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung dalam suatu jaringan, potensi terjadinya kerentanan keamanan juga semakin meningkat. Konektivitas yang tinggi menciptakan lingkungan di mana berbagai perangkat saling berinteraksi, yang pada gilirannya meningkatkan kompleksitas infrastruktur dan membuka lebih banyak pintu bagi penyerang untuk mengeksploitasi.
Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa setiap perangkat yang terhubung dapat berfungsi sebagai pintu masuk potensial untuk serangan siber.
Manajemen Kata Sandi yang Buruk
Manajemen kata sandi yang tidak baik adalah salah satu faktor risiko yang sering kali berkontribusi terhadap kerentanan keamanan. Penggunaan kata sandi yang lemah atau kebiasaan memakai kata sandi yang sama untuk berbagai akun dapat menciptakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang.
Praktik keamanan yang kurang memadai dalam pengelolaan kata sandi dapat membuka peluang bagi serangan brute force, di mana penyerang mencoba berbagai kombinasi kata sandi secara berulang hingga menemukan yang tepat.
Kelemahan Sistem Operasi
Kelemahan dalam sistem operasi sering kali menjadi titik lemah dalam aspek keamanan suatu sistem. Sebagai bagian dari perangkat lunak secara umum, sistem operasi mungkin memiliki kekurangan atau kerentanan tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang.
Sistem operasi yang tidak aman secara default berpotensi menjadi sumber risiko, memungkinkan pihak yang tidak berwenang untuk mengakses sistem secara ilegal dan menyuntikkan virus atau malware yang dapat merusak integritas serta kinerja sistem.
Penggunaan Internet
Meskipun internet menawarkan akses yang luas terhadap berbagai informasi dan layanan, ada risiko tertentu yang perlu diperhatikan. Internet sering kali menjadi sarang bagi spyware dan adware, yang dapat menginfeksi komputer pengguna secara otomatis.
Spyware berpotensi mencuri informasi pribadi pengguna, sementara adware dapat menyebabkan gangguan dan mengancam keamanan sistem. Oleh karena itu, penggunaan internet tanpa kehati-hatian dan minimnya perlindungan keamanan dapat meningkatkan risiko serangan siber dan kerentanan pada sistem.
Untuk melindungi diri dari ancaman ini, tindakan pencegahan sangatlah penting. Menggunakan perangkat lunak keamanan yang terbaru dan menghindari sumber-sumber yang mencurigakan dapat membantu menjaga sistem tetap aman.
Bug Software
Bug dalam software, baik yang sengaja maupun tidak, sering kali menjadi titik lemah yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang. Keberadaan bug ini dapat membuka kesempatan bagi mereka untuk mengeksploitasi sistem atau aplikasi yang bersangkutan. Selain itu, ketinggalan dalam melakukan pembaruan perangkat lunak oleh pengguna juga dapat membuat perangkat lunak tersebut tetap rentan terhadap potensi eksploitasi.
Masukan Pengguna Tidak Divalidasi
Masukan pengguna yang tidak diperiksa atau divalidasi dengan benar dapat menjadi titik lemah yang berpotensi mengancam keamanan. Apabila suatu situs web atau perangkat lunak tidak menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat untuk memverifikasi dan menyaring masukan, maka akan meningkatkan risiko serangan, seperti injeksi SQL.
Injeksi SQL adalah metode serangan di mana penyerang menyisipkan kode SQL berbahaya ke dalam input yang diterima aplikasi, dengan tujuan untuk mengakses atau mengubah data dalam database. Kondisi ini dapat mengancam keamanan data dan merusak integritas sistem.
Manusia
Manusia memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi kerentanan keamanan siber, di mana rekayasa sosial menjadi salah satu ancaman utama yang patut diwaspadai. Kesadaran terhadap risiko yang muncul dari ancaman siber, ditambah dengan implementasi program pelatihan internal, menjadi kunci untuk mengurangi dampak dari perilaku manusia yang kurang hati-hati atau minim informasi.
Rekayasa sosial adalah usaha penipuan atau manipulasi yang dilakukan oleh penyerang dengan maksud memanfaatkan ketidaktahuan atau kecerobohan seseorang untuk memperoleh akses tidak sah atau informasi rahasia. Kurangnya kesadaran tentang teknik-teknik rekayasa sosial dapat membuat individu menjadi target mudah bagi serangan, seperti memberikan informasi login atau mengklik tautan berbahaya.
Melalui program pelatihan internal, individu dapat meningkatkan kecerdasan siber mereka. Program ini akan mengenalkan mereka pada risiko yang mungkin dihadapi serta memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan menangani serangan. Dengan memahami taktik rekayasa sosial yang umum, seperti phishing atau penipuan melalui telepon, individu akan lebih waspada dan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.
Selain itu, membangun budaya keamanan di dalam organisasi sangat penting. Ini meliputi komunikasi yang jelas mengenai kebijakan keamanan kepada seluruh anggota, mendorong praktik keamanan yang baik, serta menciptakan lingkungan di mana individu merasa nyaman untuk melaporkan potensi ancamanatau insiden keamanan.
Jenis-Jenis Vulnerability
Ketika membahas tentang vulnerability, kita merujuk pada cacat atau kelemahan yang ada dalam sistem digital maupun perangkat keras. Berbagai jenis vulnerability dapat ditemukan di berbagai perangkat yang kita gunakan setiap hari.
Dengan memahami lima jenis vulnerability yang umum, kamu akan lebih mudah dalam mengidentifikasi, menyortir, dan memprioritaskan langkah-langkah keamanan yang diperlukan. Berikut ini adalah beberapa jenis vulnerability tersebut:
Vulnerability Software
Kerentanan dalam produk software dapat muncul akibat berbagai faktor, utamanya yang berkaitan dengan kesalahan pemrograman dan kekurangan dalam desain. Kesalahan pemrograman, seperti injeksi SQL dan skrip lintas situs, seringkali terjadi selama proses pengembangan perangkat lunak. Pemrogram terkadang membuat kesalahan yang tidak disengaja, yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang.
Di sisi lain, kekurangan dalam desain software dapat terlihat dari ketidakmampuan dalam melakukan otentikasi permintaan pengguna dengan baik. Desain yang lemah dari segi keamanan berpotensi membuka celah bagi penjahat dunia maya untuk mengeksploitasi sistem dengan cara yang tidak diinginkan.
Ketika vulnerability semacam ini terdeteksi, penjahat dunia maya dapat memanfaatkannya untuk menyisipkan malware atau membuka akses belakang ke dalam infrastruktur teknologi. Yang lebih mengkhawatirkan, software yang rentan ini masih dapat berfungsi secara normal, memungkinkan penyerang untuk tetap tidak terdeteksi sambil menjalankan aktivitas jahat mereka tanpa sepengetahuan pengguna atau administrator sistem.
Vulnerability Jaringan
Vulnerability dalam konteks jaringan mencakup berbagai aspek yang menunjukkan kelemahan pada perangkat lunak, perangkat keras, dan proses yang mengatur aliran data, lalu lintas pengguna, serta permintaan komputasi dalam infrastruktur Teknologi Informasi (TI). Lingkup vulnerability jaringan ini mencakup komponen perangkat keras dari lapisan fisik hingga keseluruhan tumpukan teknologi pada lapisan aplikasi dalam model OSI.
Ciri khas dari vulnerability jaringan adalah cakupannya yang luas dan melibatkan beragam elemen, mulai dari komponen fisik hingga perangkat lunak yang digunakan dalam tumpukan jaringan.
Setiap produk perangkat keras dan layanan perangkat lunak yang berasal dari vendor yang berbeda memiliki risiko keamanan yang unik. Hal ini menjadikan pelacakan dan manajemen kerentanan jaringan sebagai tugas yang kompleks dan menantang.
Meskipun perangkat lunak dan firmware perangkat diperbarui secara berkala melalui pemeliharaan yang rutin, sering kali struktur jaringan tetap rentan terhadap akses yang tidak sah. Salah satu penyebabnya adalah konfigurasi firewall dan pengaturan perutean lalu lintas yang mungkin tidak tepat atau keliru.
Dengan semakin kompleksnya jaringan TI yang terus berkembang, sangat penting bagi organisasi untuk secara proaktif mengelola dan mengurangi kerentanan ini demi menjaga keamanan dan stabilitas jaringan mereka.
Vulnerability Konfigurasi & Proses
Kesalahan dalam konfigurasi dapat membuka celah bagi risiko keamanan, meskipun setiap perangkat lunak dan perangkat keras berfungsi tanpa adanya kerentanan keamanan yang terbuka. Contohnya, suatu produk mungkin telah dikonfigurasi dengan menggunakan kredensial administratif default yang sudah dikenal oleh para penjahat siber.
Selain itu, pengaturan keamanan default terkadang tidak secara otomatis mengenkripsi data sensitif, sehingga meninggalkan informasi tersebut rentan terhadap modifikasi, penyabotan, atau pencurian kekayaan intelektual.
Aspek lain dari kesalahan konfigurasi berhubungan dengan risiko proses dalam sistem. Hal ini dapat mencakup protokol TCP/IP, alur lalu lintas, serta sistem autentikasi yang diterapkan untuk memastikan jaringan berfungsi sesuai harapan.
Kesalahan konfigurasi dapat mengakibatkan lalu lintas jaringan yang melanggar kebijakan keamanan, baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun yang bersifat implisit. Dalam keadaan di mana tidak ada node atau komponen jaringan yang berperilaku tidak terduga, tim teknik mengandalkan analisis statistik untuk mengevaluasi kepatuhan jaringan terhadap kebijakan keamanan yang telah ditetapkan.
Penekanan ini menunjukkan pentingnya memahami dampak kesalahan konfigurasi terhadap berbagai aspek keamanan. Hal ini juga menegaskan bahwa penerapan pengaturan yang tepat dan pemantauan yang berkelanjutan adalah langkah krusial dalam melindungi integritas dan keamanan jaringan.
Ancaman dari dalam
Berdasarkan hasil penelitian, faktor manusia berkontribusi sebesar 95% terhadap seluruh insiden keamanan siber. Tantangan utama dalam hal ini berasal dari kemungkinan ancaman yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri.
Karyawan yang memiliki akses kepada informasi bisnis yang sangat sensitif dan sistem teknologi yang krusial dapat menjadi potensi risiko yang signifikan, terutama jika mereka merasa tidak puas atau, dalam beberapa kasus, memiliki niat untuk merugikan perusahaan.
Tingkat paparan risiko dalam situasi ini dipengaruhi oleh dua faktor utama: hak akses yang diberikan kepada karyawan serta kemampuan mereka untuk memperoleh akses yang tidak sah. Selain itu, masalah lain dapat muncul dari kelalaian atau kurangnya kesadaran terhadap keamanan di kalangan karyawan yang bertanggung jawab atas informasi sensitif.
Walaupun sulit untuk mendeteksi niat jahat dari karyawan yang tidak puas atau memprediksi kelalaian dalam keamanan dari anggota tim yang dipercaya, organisasi tetap dapat mengurangi paparan risiko dengan menerapkan beberapa strategi. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi penerapan kontrol akses yang kuat melalui prinsip hak akses minimal, enkripsi data sensitif, serta pemantauan dan observasi secara real-time terhadap aktivitas yang berhubungan dengan akses jaringan dan modifikasi data.
Vulnerability Fisik
Dalam konteks keamanan siber, aspek keamanan fisik memiliki relevansi yang sangat penting, terutama bagi penyedia infrastruktur cloud dan organisasi besar yang mengelola pusat data secara internal.
Vulnerability fisik dapat meliputi berbagai faktor, seperti akses ke ruang server, keberadaan titik buta kamera, dokumentasi yang kurang memadai, serta pencatatan aktivitas fisik, termasuk penggantian perangkat penyimpanan di pusat data.
Selain itu, ancaman yang berasal dari dalam organisasi tidak hanya terbatas pada pusat data saja, tetapi juga dapat muncul di dalam gedung kantor atau terkait dengan risiko keamanan seperti pencurian atau kehilangan perangkat BYOD (Bawa Perangkat Kamu Sendiri). Untuk mengatasi vulnerability fisik ini, organisasi perlu menerapkan kebijakan kontrol yang ketat, yang mengatur penggunaan informasi bisnis pada perangkat BYOD. Selain itu, penting untuk mengontrol akses ke aplikasi, layanan, dan jaringan perusahaan dari lokasi di luar fisik organisasi.
Tips Mencegah Vulnerability
Ketidakpastian mengenai potensi vulnerability keamanan pada berbagai aplikasi web selalu ada. Saat ini, sangat penting bagi setiap bisnis untuk meningkatkan kesadaran mengenai isu ini serta mengambil langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko vulnerability keamanan web.
Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu ikuti untuk mencegah vulnerability:
Menghindari Jebakan Kode Acak
Menghindari jebakan dalam pengembangan perangkat lunak merupakan langkah awal yang krusial untuk menjaga keamanan kode. Salah satu cara yang sering kali dapat menjebak kita adalah dengan sembarangan menyalin kode dari repositori seperti GitHub dan Bitbucket. Dalam konteks ini, prinsip yang perlu dipegang adalah “Tanpa kode acak, kode kita lebih aman. ” Oleh karena itu, sangat penting untuk memverifikasi keaslian sumber sebelum melakukan copy-paste kode.
Praktik yang baik mencakup pengujian yang teliti terhadap setiap bagian kode untuk mendeteksi adanya potensi malware. Ingatlah, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Selain itu, menerapkan siklus pemeliharaan yang baik akan membantu mengurangi risiko. Pemeriksaan awal terhadap kode, penanganan perbaikan jika diperlukan, serta penyesuaian dan optimalisasi kode adalah langkah-langkah signifikan dalam proses ini.
Setelah itu, melakukan pengujian akhir yang menyeluruh sangat penting untuk memastikan bahwa kode yang dihasilkan memenuhi standar keamanan yang berlaku. Ketika ingin memindahkan perubahan ke lingkungan produksi, lakukan dengan hati-hati, memastikan setiap perubahan telah melewati tahap pengujian keamanan yang memadai.
Sebuah contoh nyata mengenai risiko pengambilalihan situs web lewat plugin WordPress yang rentan dapat mencerminkan potensi bahaya ini. Penyalahgunaan terhadap plugin semacam ini bisa membuka pintu belakang ke situs, memberikan akses administratif kepada individu yang tidak berwenang.
Dengan akses pintu belakang ini, mereka dapat dengan mudah mengambil alih situs web, menghapusnya dari indeks mesin pencari Google, dan menghilangkan situs tersebut dari hasil pencarian.
Enkripsi Informasi Sensitif
Menjaga keamanan dan perlindungan data sangatlah penting, dan salah satu langkah krusial dalam upaya ini adalah penerapan enkripsi. Ketika berhadapan dengan data yang sensitif, kita tidak boleh mengabaikan aspek keamanan dan harus selalu menjadikannya sebagai prioritas utama.
Menurut Badan Keamanan Nasional (NSA), salah satu pilihan paling aman yang dapat digunakan adalah model enkripsi bernama Advanced Encryption Standard (AES). Model ini bahkan digunakan untuk melindungi dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat.
Di antara berbagai opsi yang ada, AES-256 dianggap sebagai yang paling unggul, melampaui keamanan yang ditawarkan oleh AES-192 dan AES-128. Model ini menerapkan metode enkripsi yang kuat, di mana setiap kunci melakukan proses enkripsi dan dekripsi dalam blok 128-bit, sehingga memastikan peningkatan keamanan di setiap tahap.
Bagi bisnis yang menjalankan toko eCommerce dan mengintegrasikan berbagai pilihan pembayaran, menjaga keamanan situs web dengan menggunakan sertifikat TLS sangatlah krusial. Data pengguna harus senantiasa dibagikan melalui koneksi yang aman. Tanpa adanya koneksi yang dilindungi, peretas dapat dengan mudah mencuri data berharga dari kartu kredit selama transaksi.
Sistem Pembayaran Terenkripsi yang Sesuai dengan PCI
Di tengah laju transformasi yang cepat, perusahaan-perusahaan, baik besar maupun kecil, semakin merasakan dampaknya. Ke depan, peluang untuk melakukan perubahan mendasar dalam operasional dan manajemen bisnis semakin terbuka lebar.
Dalam dunia pembayaran dan transaksi online, kepatuhan terhadap standar Industri Kartu Pembayaran (PCI) menjadi hal yang sangat penting. Hal ini terutama berlaku ketika perusahaan mengumpulkan informasi kartu kredit untuk penagihan berulang, di mana potensi penyusupan data menjadi ancaman nyata.
Salah satu tantangan utama dalam penyimpanan informasi kartu kredit adalah risiko menjadi sasaran utama bagi peretas. Server perusahaan sering kali menjadi target serangan dari berbagai penjahat siber di seluruh dunia, sehingga informasi kartu kredit dan debit menjadi sangat rentan.
Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan pemahaman mendalam mengenai kebutuhan kepatuhan PCI, yang mengharuskan pembaruan berkala sejalan dengan tren dan perkembangan teknologi terkini. Sistem yang mendukung kepatuhan PCI sering kali kompleks, sehingga banyak perusahaan memilih untuk menggunakan layanan pemroses pembayaran eksternal. Pemroses pembayaran ini dapat menjalankan fungsi penting, membantu perusahaan menghemat biaya instalasi, dukungan, dan pemeliharaan.
Dalam hal ini, keamanan penyimpanan informasi kartu kredit menjadi prioritas utama. Pastikan bahwa file yang menyimpan data sensitif serta perangkat keras yang digunakan untuk menyimpannya dilindungi dengan enkripsi yang kuat.
Kontrol Otentikasi Pengguna yang Memadai
Vulnerability dalam keamanan web yang terkait dengan autentikasi sering kali muncul akibat penerapan kontrol autentikasi pengguna yang kurang memadai. Hal ini membuka peluang bagi penyusupan akun pengguna, yang menjadi semakin berisiko, terutama di perusahaan besar dengan jutaan akun yang terdaftar. Akibatnya, peretas dapat mengambil alih akun pengguna, sehingga menciptakan tantangan serius terkait privasi dan keamanan di dunia maya.
Umumnya, para peretas memanfaatkan tiga metode utama untuk mengeksploitasi celah dalam sistem. Pertama, Credential Stuffing, di mana penyerang mencoba secara berulang kombinasi nama pengguna dan kata sandi yang mereka peroleh dari serangan sebelumnya, hingga menemukan kombinasi yang bekerja. Metode kedua ialah Brute-force, yang mencakup upaya untuk mencoba semua kemungkinan kombinasi karakter hingga mereka berhasil menembus sistem.
Sedangkan metode terakhir adalah Session Hijacking, yang terjadi ketika peretas berhasil menyusup ke dalam sistem dan mengambil alih sesi pengguna yang sah, akibat kegagalan dalam penanganan ID sesi.
Untuk menangani risiko ini, sangat penting untuk memberikan cukup waktu kepada pengembang untuk menguji kode sebelum diimplementasikan. Selain itu, penerapan autentikasi multifaktor dapat menjadi langkah keamanan yang sangat efektif. Disarankan juga untuk tidak membatasi panjang input kata sandi, karena semakin panjang karakter yang digunakan, semakin sulit bagi peretas untuk menebak kombinasi yang benar.
Dalam melawan serangan brute-force, penerapan mekanisme penguncian dapat membantu mencegah upaya berulang yang mencurigakan dan memberikan perlindungan tambahan terhadap upaya penyusupan.
Mencegah XSS Vulnerability Dengan Fitur CSP
XSS Vulnerability adalah salah satu jenis celah keamanan yang sering dimanfaatkan oleh peretas untuk mengeksploitasi sistem pada sebuah situs web. Mereka menggunakan kerentanan ini untuk mengakses data-data sensitif yang terdapat di dalam situs. Dalam praktiknya, peretas akan menyisipkan kode atau skrip ke dalam website tersebut, biasanya dalam bentuk JavaScript, VBScript, ActiveX, Flash, dan lainnya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan CSP? Content Security Policy (CSP) adalah salah satu solusi efektif untuk mencegah kerentanan XSS. CSP berfungsi sebagai pengaturan tambahan yang diterapkan melalui header respons HTTP. Dengan menggunakan CSP, kamu dapat melindungi website dari serangan XSS maupun jenis injeksi kode lainnya.